kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mengenal microbuble ultra intensive, teknologi budidaya udang dari KKP


Rabu, 26 Desember 2018 / 13:42 WIB
Mengenal microbuble ultra intensive, teknologi budidaya udang dari KKP
ILUSTRASI. ilustrasi


Reporter: Kiki Safitri | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Riset dan Sumber Daya Manusia (BRSDM) Kementerian Kelautan dan Perikanan meluncurkan teknologi microbuble ultra intensive untuk budidaya udang vaname di Laboratorium Kelautan IPB, Ancol, Rabu (26/12). Peluncuran teknologi ini dipresentasikan oleh peneliti Kukuh Adiyana, ia menyebut bahwa dengan teknologi ini mampu memproduksi udang tanpa menggunakan medium yang besar layaknya tambak.

“Teknologi microbuble yang distribusikan ini mampu memproduksi udang dalam medium yang terbatas. Tidak seperti yang sudah-sudah di mana saat kita ingin berusaha udang, orang selalu mikirnya wah tambak biaya besar, dan kolam besar,” kata Kukuh.

Lebih lanjut ia mengatakan dengan pemanfaatan microbuble, teknologi ini mampu mengubah sisa-sisa (residu) pakan dan kotoran yang ada di kolam menjadi suatu hal yang dapat digunakan. Selanjutnya dengan teknologi ini maka budidaya udang vaname akan lebih mudah.

“Dengan teknologi ini, fenomena airnya berubah-ubah. Sistem konvensional kita coba untuk pembanding, tapi semakin hari semakin pekat warnanya, dan di hari ke 17 sampai 20 planktonnya mati semua dan mengambang,” jelasnya.

Kukuh menjelaskan lebih rinci alasan dirinya mengembangkan teknologi ini. Menurutnya, ada beberapa kendala dalam budidaya udang, antara lain modal yang besar, limbah yang tidak dikelola sehingga mengakibatkan penyakit, serta keterbatasan lokasi budidaya.

Dengan adanya teknologi ini, budidaya udang vaname yang biasanya adalah 400 ekor per meter kubik bisa ditingkatkan menjadi di atas 1.000 ekor per meter kubik.

Hal senada disampaikan oleh kepala BRSDM Sjarief Widjaja, ia menyebutkan bahwa microbuble ini memiliki beragam kelebihan di mana hal ini bisa diaplikasikan ke tengah kota yang jauh dari sumber air laut.

“Teknologi ini dapat diaplikasikan pada skala rumah tangga hingga industri sehingga membudidayakan dalam skala kecil dapat diberdayakan,” ujarnya.

Ia juga menyampaikan, dalam kolam berukuran 49 meter kubik selama 60 hari pembesaran, mampu menghasilkan udang berukuran berat 14 gram per ekor dari awal berat 0,5 gram dan mampu meraup keuntungan bersih sebesar Rp 94,3 juta per tahun dengan nilai investasi awal Rp 31 juta.

Teknologi microbuble ultra intensive ini memiliki nomor paten P00201810738 dengan teknologi bersertifikat paten nomor IDS000002014.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×