kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.306.000 -0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menilik Kinerja Industri Baja Dalam Negeri yang Diyakini Bakal Membaik Tahun Ini


Rabu, 10 Januari 2024 / 07:45 WIB
Menilik Kinerja Industri Baja Dalam Negeri yang Diyakini Bakal Membaik Tahun Ini
ILUSTRASI. Industri baja optimistis kinerja akan membaik pada tahun ini. REUTERS/Fabian Bimmer/File Photo


Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri baja optimistis kinerja akan membaik pada tahun ini didorong oleh proyek pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) dan peluang pasar baja yang masih menunjukkan tren positif di Indonesia.

Ketua Umum Indonesia Iron and Steel Industry Association (IISIA) atau Asosiasi Industri dan Baja Indonesia sekaligus Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) Purwono Widodo mengatakan, pada 2024 ini, proyeksi permintaan baja akan mengalami peningkatan lebih lanjut sebesar 1,9% atau menjadi 18,49 juta metrik ton.

"Prospek permintaan baja di Indonesia diperkirakan masih akan tumbuh positif sebesar 5,2-5,3% pada 2024 mendatang," kata Purwono kepada Kontan.co.id, Selasa (9/1).

Ia menjelaskan, sektor konstruksi diperkirakan mencapai 76% dari keseluruhan total konsumsi. Permintaan baja didorong oleh proyek pembangunan IKN dengan total kebutuhan baja sebesar 9,5 juta ton hingga pembangunan IKN rampung.

Baca Juga: IISIA Harap Laporan Surveyor Terhadap AEO/MITA Tetap Diberlakukan

Purwono memproyeksikan penjualan pada 2024 diperkirakan akan membaik seiring dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang diperkirakan mencapai 5,2%, peningkatan belanja infrastruktur pemerintah sebesar 7,9%, serta pertumbuhan sektor pengguna baja lainnya; otomotif, peralatan rumah tangga, produk elektronik dan industri pengguna baja lainnya.

"Pada tahun 2024 kinerja baja nasional diperkirakan mengalami peningkatan sebesar 5,2% (CAGR 2020-2023) menjadi 18,3 juta ton," ujar Purwono.

Selain itu, produksi dan ekspor diperkirakan akan tetap tumbuh sehingga akan mencapai 15,9 juta untuk produksi dan 7,1 juta ton untuk ekspor.

Purwono menerangkan faktor pendorong kenaikan permintaan baja domestik dengan sektor utama penopang kinerja industri baja nasional adalah infrastruktur yang merupakan pasar utama baja domestik mencapai sekitar 76% terhadap total konsumsi baja.

Selain sektor konstruksi, konsumsi baja juga digunakan pada sektor otomotif sebanyak 12%, peralatan rumah tangga 3.5%, sektor transportasi dan juga industri permesinan.

Di sisi lain, kata Purwono, ekosistem kendaraan listrik atau Electric Vehicle juga berkembang pesat di Indonesia di mana pemerintah tengah mengakselerasi ekosistem tersebut untuk menekan penggunaan bahan bakar fosil, mengurangi emisi karbon, dan mendorong transformasi industri serta mendorong ketahanan energi nasional.

"Hal ini tentu berpengaruh positif pada demand segmen otomotif," tutur Purwono.

Ia menambahkan, optimalisasi TKDN juga merupakan salah satu cara memacu pertumbuhan daya saing industri baja domestik sehingga akan meningkatkan permintaan baja dalam negeri dan mendorong para pengguna baja domestik untuk menggunakan produk baja lokal.

Nilai TKDN produk baja domestik berada di kisaran TKDN 40 ~ 65% dengan menggunakan bahan baku semi finished dalam negeri, sehingga sangat sesuai dengan konsep pembangunan IKN yang mengutamakan produk nasional (bukan produk impor).

Sementara itu, PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (ISSP) optimistis bisa meningkatkan kinerja bisnisnya pada tahun 2024.

Corporate Secretary Steel Pipe Industry of Indonesia Johannes W. Edward meyakini ISSP mampu meningkatkan pendapatan hingga 10% di tahun 2024. 

Menurutnya, optimisme ini tidak terlepas dari peluang pasar baja yang masih menunjukkan tren positif di Indonesia.

"Sampai saat ini sebenarnya pasar baja global masih tidak menentu. Namun demikian, kami melihat peluang yang cukup baik untuk prospek pasar Indonesia. Kami optimis di 2024 nanti penjualan tetap akan tumbuh minimal secara moderat 10%," kata Johannes kepada Kontan, Minggu (7/1).

Johannes menjelaskan, proyeksi pasar untuk produk pipa baja milik ISSP masih berpotensi cukup baik di tahun 2024 karena adanya pemulihan sektor properti dan pembangunan infrastruktur.

Baca Juga: IISIA Business Forum 2023 Dorong Partisipasi Industri Baja untuk Kemandirian Bangsa

"Kami melihat untuk produk pipa baja potensinya masih baik, karena ditunjang pembangunan infrastruktur dan pemulihan sektor properti dan konstruksi," jelasnya.

Johannes menerangkan, tantangan utama yang dihadapi ISSP di tahun 2024 adalah kestabilan politik dalam negeri. Oleh karenanya, ia berharap agar Pemilihan Umum (Pemilu) yang terlaksana bisa berjalan dengan baik.

"Tantangan utama di 2024 sebagaimana industri lain adalah kestabilan politik. Namun demikian kami cukup optimis bahwa rangkaian Pemilu akan berjalan dengan lancar," terangnya.

Sementara itu, ISSP menyiapkan anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar Rp 250 miliar yang dialokasikan untuk mendukung kinerja perseroan.

"Untuk proyeksi (pendapatan dan laba 2024) belum dapat kami sampaikan. Untuk capex sekitar Rp250 miliar yang kegunaannya antara lain untuk pembangunan unit 7 dan maintenance capex lainnya," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×