kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menjaring dollar dari ekspor Freeport dan Newmont


Rabu, 18 Maret 2015 / 09:57 WIB
Menjaring dollar dari ekspor Freeport dan Newmont


Reporter: Muhammad Yazid | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Ekspor tembaga olahan tanpa pemurnian atawa konsentrat dari PT Freeport Indonesia dan PT Newmont Nusa Tenggara tampaknya akan jadi tumpuan pemerintah dalam menjaring devisa ekspor. Maklum, nilai perdagangan ekspor penjualan konsentrat dari dua perusahaan asal Amerika Serikat tersebut diproyeksi akan mencapai lebih dari US$ 3,09 miliar sepanjang tahun ini.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memproyeksikan volume ekspor tembaga akan mencapai 1,84 juta ton tahun 2015. Dengan perincian, volume ekspor dari Freeport mencapai 1,16 juta ton dan Newmont sebesar 679.000 ton.

Sukhyar, Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM menjelaskan, produksi konsentrat Freeport tahun ini 2 juta ton. Sementara. "Rencana produksi Newmont sebesar 754.000 ton pada 2015 ini," kata dia di kantornya saat menerima kedatangan Presiden Direktur Freeport dan Presiden Direktur Newmont, Selasa (17/3).

Dari jumlah tersebut sekitar 915.000 ton konsentrat akan dipasok ke pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) PT Smelting di Gresik Jawa Timur. Sedang sisanya sebanyak 1,84 juta ton akan diekspor.

Bila merujuk data Kementerian Perdagangan, harga patokan ekspor (HPE) Maret 2015 untuk konsentrat kadar Cu 25% mencapai US$ 1.677,75 per ton.

Alhasil, potensi nilai penjualan tembaga olahan tanpa pemurnian di pasar ekspor bisa mencapai US$ 3,09 miliar. Angka itu didapat dari 1,84 juta ton dikalikan HPE konsentrat. "Rata-rata produksi konsentrat kedua perusahaan kadar tembaganya ya sekitar 25%," ujar Sukhyar.

Pada 2015, proyeksi perdagangan devisa ekspor mineral secara total mencapai US$ 9 miliar atau meningkat dibandingkan hasil devisa pada tahun lalu sekitar US$ 6 miliar.  Dengan begitu, hasil perdagangan konsentrat Newmont dan Freeport di luar negeri menyumbang sepertiga dari total hasil devisa negara di sektor pertambangan.

Sukhyar mengungkapkan, untuk komoditas lain seperti konsentrat besi, logam timah, konsentrat seng masih kecil dibandingkan hasil devisa konsentrat tembaga. "Ada pula tambahan hasil penjualan logam nikel dari smelter yang beroperasi, kami perkirakan mencapai lebih dari US$ 1 miliar," kata dia.

Kuota ekspor

Pada Januari lalu, Kementerian ESDM telah memberikan kuota ekspor kepada Freeport sejumlah 580.000 ton. Sementara, kuota ekspor untuk Newmont akan diputuskan Rabu (18/3) ini. Menurut Sukhyar, dengan menghitung produksi Newmont sebanyak 754.000 ton dan pasokan di PT Smelting sebanyak 75.000 ton, ekspor Newmont akan mencapai 679.000 ton.

Sehingga, potensi kuota ekspor yang akan diberikan ke perusahaan tersebut akan mencapai 339.500 ton. Sebelumnya, Martiono Hadianto, Presiden Direktur Newmont Nusa Tenggara mengatakan produksi perusahaannya akan lebih meningkat dibandingkan tahun sebelumnya karena perkembangan tahap phase keenam. Perusahaan ini juga telah mengirimkan permohonan perpanjangan surat persetujuan ekspor (SPE) yang akan berlaku hingga 18 September mendatang.

Sayangnya, ia enggan menyebutkan rencana volume ekspor yang disampaikan pemerintah. "Kalau soal angka-angka jangan tanya ke aku," kata Martiono. Saat ini Newmont tengah merampungkan dokumen kerjasama dengan Freeport soal pembangunan smelter di Gresik, Jatim.

Sebab, syarat Newmont mendapatkan perpanjangan izin ekspor harus meneken kerjasama dengan Freeport. Untuk itu, Selasa (17/3), kedua perusahaan raksasa itu tengah bertemu Dirjen Minerba Kementerian ESDM Sukhyar demi membahas masalah kuota ekspor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News





[X]
×