kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,22   -11,30   -1.21%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menperin ingin bisnis bengkel pesawat diperkuat


Minggu, 15 April 2018 / 17:15 WIB
Menperin ingin bisnis bengkel pesawat diperkuat
ILUSTRASI. Pesawat Lion Air


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mendorong tumbuhnya industri perawatan dan perbaikan pesawat atau maintenance, repair and overhaul (MRO) di Indonesia. Sektor ini diyakini bisa berkembang, terutama jika diintegrasikan dengan banyaknya bandara di dalam negeri. 

“Seperti arahan Bapak Presiden Joko Widodo, industri perawatan pesawat ini sangat penting. Harusnya Indonesia punya daya saing tinggi dan ini menjadi peluang besar kita, dengan banyak jumlah bandara.Karena, kalau ada pesawat dari luar negeri yang rusak, bisa dirawat oleh pekerja kita,” ungkap Airlangga dalam keterangan pers, Minggu (15/4).

Dalam kunjungan kerjanya di Batam akhir pekan lalu, Airlangga Hartarto melihat secara langsung MRO milik Lion Group, yakni Batam Aero Technic (BAT) di area Bandara Hang Nadim, Batam. Dengan berdiri di atas lahan seluas 28 hektare, selain menjadi bengkel untuk pemeliharaan dan perawatan pesawat, BAT juga memiliki fasilitas uji pesawat.

Salah satu indikator prospek bisnis ini, menurut Airlangga, adanya kenaikan jumlah lalu lintas udara, baik penumpang maupun untuk arus barang.

“Pertumbuhan jumlah penumpang udara domestik meningkat rata-rata 15% per tahun selama 10 tahun terakhir, sedangkan jumlah penumpang udara internasional naik hingga 8% dan Indonesia adalah merupakan negara terbesar ketiga di Asia dalam pembelian pesawat udara setelah China dan India,” paparnya.

Ke depannya, bisnis industri MRO ini juga cukup menjanjikan seiring meningkatnya sektor pariwisata dan perekonomian di Tanah Air. Selain itu, adanya industri perawatan pesawat bisa menurunkan biaya dari industri penerbangan, salah satunya biaya impor komponen pesawat.

Presiden Direktur Lion Air Group Edward Sirait menyampaikan, pihaknya sedang fokus menjalankan masterplan bisnis MRO termasuk pengembangan sumber daya manusia di BAT. Sejak beroperasi pada 2014, dari lima tahap pengembangan BAT, perusahaan sudah merampungkan satu tahap.

“Tahap pertama sudah difungsikan 4 hektare, dan untuk tahap kedua adalah 3 hektare. Pada tahap kedua akan dibangun hanggar untuk aircraft painting sebanyak dua unit, warehouse, dan avionic shop,” ujarnya dalam keterangan pers.

Dengan area yang telah terbangun seluas 4 hektare, saat ini hangar sudah bisa menampung 12 pesawat narrow body (berbadan ramping) atau empat pesawat berbadan besar secara simultan.

Lion Group menargetkan, perluasan fasilitas BAT hingga tahap ketiga akan rampung pada tahun 2019 dengan kemampuan memperbaiki sebanyak 38 pesawat sekaligus. “Tahap kelima akan selesai pada tahun 2022. Jumlah pekerjanya kalau sudah tiga shift kurang lebih 10.000 orang,” ungkap Edward.

Selain itu, perusahaan sudah melakukan kerja sama dengan Pemerintah Kota Batam untuk membangun politeknik aviasi. “Total nilai investasi pengembangan BAT ini diperkirakan mencapai Rp 8 sampai Rp 9 triliun,” ucap Edward. Alasan Lion Group memperluas fasilitas MRO adalah untuk menangani sekitar 250 unit pesawat
yang dimilikinya.

Apalagi, Lion berencana mendatangkan sekitar 700 unit pesawat berbagai jenis, seperti pesawat ATR, Boeing, dan Airbus untuk melayani rute domestik maupun internasional. “Adanya fasilitas pengetesan pesawat, membuat MRO milik Lion Group menjadi yang tercanggih dan satu-satunya di Asia,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×