Reporter: Vina Elvira | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor industri manufaktur di Tanah Air konsisten berada dalam level ekspansif selama 2022. Hal ini tercermin pada capaian Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia dengan posisi di atas poin 50.
Mengutip keterangan resmi pada Senin (2/1), pada Desember 2022 PMI Manufaktur Indonesia ditutup pada tingkat 50,9 atau berhasil naik dibandingkan perolehan bulan sebelumnya yang menyentuh di angka 50,3.
Berdasarkan hasil survei yang dirilis S&P Global, PMI Manufaktur Indonesia bertahan dalam fase ekspansif selama 16 bulan berturut-turut sejak September 2021.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan, kinerja positif ini menunjukkan geliat industri manufaktur nasional yang terus mengalami perbaikan setelah terkena dampak pandemi Covid-19 dan di tengah kondisi ekonomi global yang tidak menentu karena ancaman resesi.
Baca Juga: Gapmmi Optimistis Sektor Manufaktur Mampu Hadapi Berbagai Guncangan di 2023
"Capaian PMI Manufaktur Indonesia pada Desember 2022 tetap ekspansif, yang sesuai juga dengan capaian Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada Desember 2022 yang sudah kami rilis sebelumnya, yang sama-sama berada dalam level 50,9 dan juga naik dibandingkan bulan sebelumnya,” ungkap Agus.
Dia melanjutkan, PMI Manufaktur Indonesia pada Desember 2022 mampu melampaui PMI Manufaktur Jerman (47,4), Jepang (48,8), Australia (50,4), Myanmar (42,1), Belanda (48,6), Prancis (47,4), Korea Selatan (48,2), Inggris (44,7), Amerika Serikat (46,2), dan Zona Eropa (47,8).
Kemenperin pun optimistis, deru mesin sektor industri manufaktur di Indonesia masih bergemuruh pada tahun kelinci air. Artinya, produktivitas berjalan baik untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor.
Pihaknya kini tengah menyusun strategi untuk mengatasi persoalan ketenagakerjaan di sektor industri, seperti pada industri tekstil, alas kaki, dan furnitur yang merupakan sektor padat karya. Beberapa stimulus yang disiapkan di antaranya adalah larangan terbatas impor, penyesuaian pemeriksaan post border menjadi border, dan fleksibiltas jam kerja.
Agus juga memperkirakan, realisasi penanaman modal dan kontribusi ekspor di sektor industri masih tumbuh signfikan. Optimisme ini berdampak pada penyerapan tenaga kerja di tengah kondisi menurunnya pesanan global saat ini.
Baca Juga: Mendag Zulkifli Hasan Optimis Perdagangan Indonesia Tumbuh Positif di Tahun Baru 2023
Kemenperin mencatat, realisasi investasi dari industri manufaktur diperkirakan akan mencapai Rp 450 triliun hingga Rp 470 triliun pada tahun 2023, naik 7% dibandingkan tahun 2022 yang diproyeksikan sebesar Rp 439,33 triliun.
“Seiring dengan itu, nilai ekspor industri pengolahan nonmigas pada 2022 diproyeksikan mencapai US$ 210,38 miliar, dan pada 2023 ditargetkan sebesar US$ 225 miliar-US$ 245 miliar,” terang Agus.
Di samping itu, peningkatan investasi di sektor industri juga akan mendongkrak serapan tenaga kerja. Pada tahun 2022, total serapan tenaga kerja diperkirakan mencapai 19,11 juta orang, sedangkan pada 2023 sebanyak 19,2 juta-20,2 juta orang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News