kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menteri ESDM Harap Pengganti Shell di Masela Ditetapkan Paling Lambat Semester I 2023


Sabtu, 03 Desember 2022 / 16:41 WIB
Menteri ESDM Harap Pengganti Shell di Masela Ditetapkan Paling Lambat Semester I 2023
ILUSTRASI. Peta blok Masela


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif berharap, mitra pengganti Shell di Blok Masela bisa ditentukan paling lambat pada semester pertama tahun 2023.

Hal ini, ia ungkapkan saat acara makan siang bersama wartawan di Gedung Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jumat (3/12).

“Kalau tahun ini enggak, saya belum yakin, tapi saya harapkan (mitra pengganti Shell ditentukan) paling enggak semester 1 (2023) lah,” tuturnya, Jumat (3/12).

Arifin memastikan, proses pencarian mitra pengganti Shell terus dilakukan. Sejauh ini, beberapa nama calon mitra sudah mulai menjajaki kemungkinan untuk menjadi pengganti Shell di proyek Lapangan Gas Abadi.

Baca Juga: Ini Alasan Proyek Hulu Migas Jumbo Sukar Dapat Investor

“Kami udah keliling ya, udah roadshow nawar-nawarin,  yang terakhir sekarang statusnya adalah dari dalam negeri Pertamina sekarang sedang melakukan due diligence, kemudian juga minat dari Petronas untuk bisa partisipasi masuk,” tuturnya.

Blok Masela terletak di  Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku. Laporan Tahunan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Tahun 2020 menyebutkan,  proyek pengembangan Lapangan Gas - Abadi itu memiliki cadangan terbukti mencapai 18,5 triliun kaki kubik (Tcf) dan 225 juta barel kondensat.

Dengan proyeksi produksi gas alam cairnya alias liquefied natural gas (LNG) yang sebesar  9,5 juta  ton per tahun (mtpa),  gas pipa 150 juta kaki kubik per hari (mmscfd),dan kondensat 35.000 barel per hari (bcpd), proyek lapangan gas abadi Masela masuk ke dalam Proyek Strategis Nasional dan ditargetkan mulai berproduksi di tahun 2027.

Blok Masela dioperatori oleh Inpex Masela Ltd dengan porsi hak partisipasi atau participating interest (PI) sebesar 65%. Sebanyak 35% hak partisipasi sisanya dipegang oleh Shell Upstream Overseas Services Limited (Shell) selaku partner Inpex.

Arifin menegaskan, jadwal produksi Blok Masela masih belum berubah sejauh ini, yakni dijadwalkan di tahun 2027. Meski begitu, ia juga tidak menampik adanya kemungkinan perubahan target.

Hal tersebut bergantung pada isi substansi revisi rencana pengembangan lapangan alias plan of development (pod) yang akan diajukan Inpex pada akhir tahun ini.

Baca Juga: Menurut Pengamat, Ini Permasalahan di Blok Masela

“(Ada tidaknya kemungkinan perubahan jadwal produksi) saya belum bisa ngomong, kita lihat aja dulu, enggak bisa ngomong sebelum ada (POD versi revisi),” tutur Arifin.

Seperti diketahui, Inpex berencana mengajukan revisi rencana pengembangan (POD)  Blok Masela. Menurut Arifin, salah satu alasannya lantaran adanya rencana penerapan teknologi carbon capture untuk menekan emisi Blok Masela. Sedikit informasi, rencana tersebut diperkirakan mengubah perhitungan biaya pengembangan proyek.

“Salah satu isi POD adalah konten untuk menginjeksikan carbon capture. Kan sebelumnya enggak ada di tahun 2019, karena belum ada cerita mengenai carbon emission di industri migas. Nah sekarang shareholder Inpex minta itu,” tutur Arifin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×