Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan, keputusan investasi akhir Tangguh Ubadari, Carbon Capture Utilization & Storage/CCUS, dan Compression (UCC) sekitar US$ 7 miliar atau setara Rp 111,3 triliun dapat menciptakan multiplier effect.
Bahlil menuturkan, keputusan investasi akhir atas proyek UCC ini sebagai bukti industri migas di Indonesia masih menjanjikan dan dapat menarik investasi dari luar negeri.
"Investasi sekitar US$ 7 miliar ini sangat besar, dan turut mendukung produksi migas nasional, juga yang terpenting meningkatkan nilai tambah bagi Daerah. Peningkatan pendapatan daerah, multiplier effect yang positif bagi Daerah," kata Bahlil di Jakarta, Senin (25/11).
Melalui proyek UCC Tangguh ini, kata Bahlil, Pemerintah akan lebih fokus kepada peningkatan produksi migas, mendukung visi misi Presiden Prabowo dalam mencapai ketahanan dan kedaulatan energi.
Baca Juga: Bahlil Sebut Ada Perusahaan Nikel Minta Produksi 40% dari Total Produksi Nasional
"Sesuai dengan arahan Bapak Presiden Prabowo, untuk meningkatkan produksi dan lifting migas. Dengan adanya proyek BP Tangguh, Pemerintah akan lebih fokus mengupayakan peningkatan produksi migas," imbuh Bahlil.
Sebagai informasi tambahan, cadangan gas dari Proyek UCC ini sekitar 3 triliun kaki kubik (TCF) dan direncanakan onstream tahun 2028. Proyek UCC ini mencakup pengembangan lapangan gas Ubadari, peningkatan perolehan gas (EGR) melalui penangkapan, pemanfaatan, dan penyimpanan Karbon (CCUS) di lapangan Vorwata, serta pemasangan kompresor di darat, memperluas dan memanfaatkan infrastruktur yang telah ada di fasilitas Tangguh LNG di Papua Barat, Indonesia.
Proyek CCUS ini merupakan proyek CCUS skala besar yang paling terdepan dan berpotensi menjadi CCS Hub pertama di Indonesia, dengan potensi kapasitas penyimpanan CO2 sekitar 1,8 Gigaton dan pada fasa awal akan menginjeksikan sekitar 15 juta ton CO2 dari emisi fasilitas operasi Tangguh LNG.
Proyek Tangguh LNG turut mendukung kapabilitas tenaga kerja operasional nasional. Bahkan 70% diantaranya merupakan tenaga kerja asal Papua, dan ditargetkan meningkat menjadi 85% pada tahun 2029.
Selanjutnya: Penerapan Pajak Kekayaan Lebih Efektif Dibandingkan Tax Amnesty
Menarik Dibaca: Pertolongan Pertama Kaki Kucing yang Pincang Beserta Penyebab dan Perawatan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News