Reporter: Muhammad Julian | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - NUSA DUA. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan bahwa Indonesia masih menjadi pangsa pasar yang menarik untuk dilirik investor, khususnya di bidang energi.
Hal tersebut ia ungkapkan saat menyaksikan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) beberapa pelaku bisnis (B2B) pada sektor energi pada side event forum B20 Summit, Signing Agreement B20 Task Force, Sustainability & Climate Business Action yang berlangsung di Kintamani 5 Room di Nusa Dua Bali, Minggu (13/11).
“Penandatanganan MoU ini adalah momen penting, karena hal tersebut menunjukkan kemauan untuk mewujudkan investasi di RI, serta menunjukkan bagaimana RI adalah negara yang masih menarik bagi para investor,” tutur Arifin, Minggu (13/11).
Baca Juga: Satu Dekade ke Depan, Indonesia Butuh US$ 50 Miliar untuk Bangun Pembangkit EBT 22 GW
Setidaknya ada lima kerja sama B2B yang ditandatangani. Pertama, MoU Development of a Clean Amonia and Hydrogen Value Chain, antara PT Pertamina (Persero) dengan Saudi Aramco.
Kedua, Definitive Cooperation Agreement: Pomalaa High Pressure Acid Leach (HPAL) Project antar PT. Vale Indonesia dengan Zhejiang Huanyo Cobalt Ltd.
Ketiga, MoU Acceleration of Clean Energy Related Projects antara PT. Pertamina (Persero) dengan Japan Bank for International Cooperation.
Keempat, MoU Gas, LNG and Company Capacity Building antara PT. Pertamina Gas Negara dengan Botas.
Kelima, MoU Accelerating of Battery Energy Storage System (BESS) Application on Transportation Modes antara Indonesia Battery Corporation dengan Contemporary Amprex Technology Co.
Menurut Arifin, Indonesia memiliki potensi sumber daya energi dan sumber daya alam yang sangat melimpah dan beragam, namun masih belum dapat dimanfaatkan secara maksimal. Mengingat, terbatasnya akses teknologi dan finansial untuk mengelolanya.
Baca Juga: Genjot Investasi Hijau, Pemerintah Luncurkan Panduan Investasi Lestari
Di sisi lain, RI juga telah menetapkan target Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060, sehingga Indonesia bakal semakin membutuhkan investasi yang sangat besar.
Oleh karenanya, untuk memudahkan masuknya investasi, pemerintah, kata Arifin, telah melakukan reformasi dari segi regulasi untuk mewujudkan ekosistem investasi yang lebih kondusif, seperti melakukan penyederhanaan perizinan dan persyaratan investasi.
“Investasi yang masuk akan memberikan dampak terciptanya lahan pekerjaan, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, serta meningkatkan perkembangan teknologi,” imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News