kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.951.000   23.000   1,19%
  • USD/IDR 16.300   94,00   0,58%
  • IDX 7.166   -38,30   -0,53%
  • KOMPAS100 1.044   -6,02   -0,57%
  • LQ45 802   -6,08   -0,75%
  • ISSI 232   -0,07   -0,03%
  • IDX30 416   -3,18   -0,76%
  • IDXHIDIV20 486   -4,82   -0,98%
  • IDX80 117   -0,79   -0,67%
  • IDXV30 119   -0,02   -0,02%
  • IDXQ30 134   -1,35   -1,00%

Menyeruput Lezatnya Laba Abalone Mata Tujuh


Kamis, 18 Juni 2009 / 19:45 WIB


Reporter: Aprillia Ika |

JAKARTA. Abalone atau kerang mata tujuh merupakan salah satu komoditas laut Indonesia yang paling dicari saat ini. Bayangkan saja jika permintaan untuk abalone ini sampai tak terbatas jumlahnya. Artinya, berapapun abalone yang tersedia, pasti terserap pasar.

Negara-negara Asia seperti China, Singapura, Malaysia dan Hongkong merupakan negara pengimpor abalone terbesar. Di negara-negara tersebut, abalone merupakan masakan mewah yang dipercaya mampu menambah vitalitas serta mengurangi kolesterol. Sementara di China, abalone merupakan hidangan untuk raja pada masa lampau.

Salah satu pengekspor abalone adalah Richard, pemilik PT Sentra Cendrakasih Buana. Richard sendiri sudah 10 tahun menjalani bisnis penjualan abalone. Setiap bulannya Richar mampu mengirim 500 kilo abalone kering ke China.

Harganya sekitar Rp 600.000 per kilo. "Saya ambil dari nelayan sekitar Rp 400.000 per kilo," ujarnya. Tak heran jika saban bulan pria 40 tahun ini bisa meraup omzet sebesar Rp 300 juta.

Saat ini, Richard mengeluhkan seretnya pasokan abalone dari nelayan. Pasalnya jumlah abalone yang ada merosot dari tahun-tahun sebelumnya karena rusaknya ekosistem mereka.

Abalone sendiri merupakan kerang yang hidup di balik batu laut di pantai-pantai. Di beberapa daerah, kerang ini dikenal dengans ebutan mata enam, mata empat atau mata sembilan. bentuknya agak lonjong dan kebanyakan terdapat disekitar pulau seribu atau di banten.

"Namun saat mengambilnya nelayan lupa mengembalikan batu atau karang tersebut sehingga mati dan abalone tidak bisa berkembang," keluh Richard. Sementara itu, jumlah pembudidaya kerang jenis ini masih sangat sedikit.

Imbasnya, banyak suplier yang harus rebutan untuk emndapatkan abalone kering dari nelayan. Yang tidak dapat, harus gigit jari. Contohnya saja Roy Octavian, pemilik usaha hasil laut Wahana Laut Biru.

"Sudah sejak enam bulan lalu saya gagal emndapatkan abalone kering," ujarnya. Padahal sebelumnya, Roy bisa memasok sekitar 200 kilo abalone per bulan ke China. "permintaan China saat ini cukup tinggi, bisa sekitar 10 ton perbulan," imbuh pria 28 tahun ini.

Roy bilang, dulu ia bisa menjual sekilo abalone kering dengan kadar air 15% seharga Rp 500.000. Maka dari setiap penjualan, Roy bisa meraup omzet Rp 100 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×