Reporter: Cindy Silviana Sukma | Editor: Amailia Putri
JAKARTA. PT Merck Tbk berencana menggandeng mitra bisnis untuk menitipkan produksi (toll manufacturing) obat-obatan. Hal ini merupakan upaya perusahaan menggenjot produksi dan penjualan obat-obatan tahun 2013 ini.
Manager Corporate Communications Merck, Niken Suryo Sofyan mengatakan, kerja sama dengan pihak ke tiga ini untuk mengantisipasi keterbatasan stok produk obat di pasar lokal. "Permintaan obat di pasar global dan lokal meningkat, sehingga impor bahan kimia tak dapat mencukupi produksi obat di lokal," ujarnya kepada KONTAN, Rabu (20/3).
Namun, Niken belum mau menyebutkan mitra usaha yang dimaksud. Ia hanya bilang, perusahaan berkode saham MERK ini bisa membukukan peningkatan produksi tahun ini. Sayang, ia menolak menyebut target produksi yang dimaksud.
Upaya lain yang akan dilakukan perusahaan farmasi asal Jerman ini adalah dengan meluncurkan beberapa produk baru dari masing-masing divisi. Merck memiliki divisi obat resep yakni Merck Serono serta obat tanpa resep yaitu bagian consumer health.
Selain memasarkan produk di pasar domestik, Merck juga akan memperkuat pasar ekspor di kawasan Asia Pasifik. Pasalnya, pasar ekspor juga turut mendongkrak penjualan Merck. Menurut Elie Asally, Plant Director Merck, pasar ekspor memberikan kontribusi sekitar 30% dari total penjualan Merck.
Beberapa produk yang dijual ke pasar ekspor antara lain produk-produk dari divisi consumer health. Adapun pasar yang menjadi tujuannya di antaranya Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina, dan Hong Kong.
Manajemen Merck memang harus bekerja keras untuk mengerek kinerja yang lebih baik tahun ini. Sepanjang tahun lalu, laba tahun berjalan Merck anjlok hingga 53,36% dari Rp 231,15 miliar menjadi Rp 107,80 miliar. Pendapatan pun hanya naik tipis yaitu sebesar 1,23% menjadi Rp 929,87 miliar.
Divisi bisnis farmasi Merck Serono menjadi kontributor penjualan terbesar bagi pendapatan perusahaan itu. Nilainya sebesar Rp 495 miliar atau sekitar 43% dari total pendapatan Merck. Angka ini sedikit menurun dibandingkan dengan penjualan produk obat-obat resep pada tahun 2011 yang sebesar Rp 419 miliar.
Penyumbang terbesar berikutnya adalah divisi bahan kimia yang menyetor sekitar 39% dari total pendapatan Merck. Pendapatan dari produk kimia seperti reagensia, instrumen, dan alat uji pigmen naik 12% menjadi Rp 359 miliar. Di tahun 2011, divisi ini hanya mencatatkan pendapatan senilai Rp 320 miliar. Terakhir, unit usaha consumer health yang menjual obat-obat tanpa resep menyumbang sekitar 18 % dari total pendapatan. Nilainya sebesar Rp 166 miliar.
Asal tahu saja, PT Merck Tbk tak memiliki afiliasi dengan PT Merck Sharp & Dohme (MDS). Merck Sharp merupakan induk usaha PT Merck Sharp Dohme Pharma Tbk (SCPI). SCPI berniat go private alias keluar dari Bursa Efek Indonesia (BEI). MDS berpusat di Amerika, dengan nama dagang Merck & Co. Sementara Merck Holding GmbH berbasis di Jerman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News