kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

MERS mengancam, umrah terancam


Jumat, 09 Mei 2014 / 07:29 WIB
MERS mengancam, umrah terancam
ILUSTRASI. SDPR RI menetapkan 39 Rancangan Undang-Undang (RUU) masuk dalam program legislasi nasional (Prolegnas) prioritas tahun 2023. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/aww.


Reporter: Agus Triyono, Risky Widia Puspitasari | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Penyebaran virus Middle East Respiratory Syndrome-Corona Virus (Mers-CoV) terus merebak. Tak hanya di Timur Tengah, virus ganas yang menyebabkan kematian ini diduga telah sampai ke Indonesia.

Virus ini terbawa para jamaah umrah yang baru datang dari Arab Saudi. Infeksi Mers dikabarkan sudah menyebar di Medan, Bali dan Pekanbaru hingga Riau. Di Medan, salah seorang pasien yang diduga terjangkit Mers meninggal dunia di Rumah Sakit H. Adam Malik. Begitu juga di Bali. Meski sudah ada korban, Pemerintah Indonesia masih tenang-tenang saja. Hingga kini, pemerintah belum menetapkan larangan bepergian ke Arab Saudi. "Belum ada larangan," tandas Wakil Menteri Kesehatan (Kemkes), Ali Gufron ke KONTAN (8/5).

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemkes Tjandra Yoga menambahkan, saat ini, belum ada hasil resmi laboratorium yang menunjukkan pasien di Indonesia meninggal karena virus MERS. "Masih dugaan," kata Tjandra yang juga masuk tim Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Namun, Indonesia harus waspada. Meski belum menganjurkan restriksi perjalanan ke Timur Tengah, WHO menyebutkan bahwa penyebaran Mers CoV sebagai situasi serius dan memerlukan perhatian besar.

Apalagi, jumlah jemaah Indonesia yang menjalankan umrah ke tanah suci juga terus mengalami peningkatan. Menurut Kementerian Agama (Kemnag), terjadi peningkatan jumlah jemaah umrah hingga 150.000 per bulan. Jumlah ini diperkirakan akan bertambah mengingat saat Ramadan, banyak umat muslim yang berangkat ke tanah suci. Meski belum ada larangan, "Masyarakat sebaiknya mengurungkan umrah dulu," tandas Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemnag Anggito Abimanyu.

Untuk mengantisipasi penyebaran virus ini, Kemkes mengklaim telah melakukan sejumlah langkah. Pertama, memfungsikan scan suhu badan bagi orang yang baru tiba di Indonesia. Alat ini dipasang di bandara dan pelabuhan. Bandara Soekarno-Hatta juga sudah menetapkan status siaga. Langkah pencegahan dilakukan dengan mengobservasi penumpang pesawat dari Timur Tengah.

Kedua, Kemkes juga mengaku telah mengirimkan surat edaran ke dinas kesehatan dan rumah sakit di seluruh Indonesia untuk mensosialisasikan virus ini. Saat ini, 100 rumah sakit rujukan siap menerima pasien Mers. "Sudah ada prosedur penanganan, seperi saat flu burung," klaim Gufron.

Tak hanya menghantui jemaah, virus ini juga sudah menyebar kekhawatiran pebisnis umrah dan haji. Di Medan, puluhan jemaah umrah dikabarkan berencana membatalkan umrah. Hanya, kata Ketua Umum Asosiasi Penyelenggaran Haji dan Umrah In-bound Indonesia (Asphurindo) Magnitias Chaidir, penurunan minat umrah baru akan tampak di Juni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×