Reporter: Gloria Haraito |
JAKARTA. Kampanye antipembajakan software yang dilakukan oleh PT Microsoft Indonesia sejak September silam mulai membuahkan hasil. Berdasarkan hasil investigasi, sebanyak 60% dari dealer komputer memperdagangkan software asli.
Dalam kampanye ini, Microsoft melalui lembaga investigasi swasta menyamar sebagai pembeli yang kemudian membeli komputer secara acak. Jika dalam pembelian komputer ditemukan diler yang menjual software bajakan, maka lembaga investigasi tersebut akan melayangkan peringatan yang dapat menjadi rujukan polisi untuk mengambil tindakan hukum.
Jonathan Selvasegaram, Tim Hukum Microsoft mengatakan, kampanye ini bertujuan memberikan dukungan kepada diler komputer yang menjual software asli serta pelanggan. Kampanye yang akan berlangsung enam bulan ini berlangsung di Jakarta, Bandung, Medan, Makassar, dan Surabaya. Tujuh produser PC di Medan telah menyetujui untuk memublikasikan pernyataan dukungan yang dipublikasikan di koran terbesar di Medan.
"Diler yang tertangkap menjual PC dengan software bajakan diharapkan memublikasikan permohonan maaf kepada masyarakat luas dalam beberapa minggu ke depan," kata Jonathan dalam rilis yang diterima KONTAN, pekan silam.
Kemudian, diler tidak jujur itu diharapkan mematuhi dan berjanji menjual PC dengan software asli dan membayar kompensasi untuk biaya hukum. Jonathan menjelaskan, diler yang terbukti mengaplikasikan software bajakan memang tidak senang dengan inisiatif keras ini. Pun begitu, Microsoft terus melakukan kampanyenya mengingat tahun ini saja perusahaan menerima 369 keluhan dari pelanggan atas PC yang menggunakan software bajakan. Di lain pihak, diler yang menjual PC dengan software asli mengaku tidak bisa bersaing dengan diler yang menjual software bajakan dan terancam bangkrut.
Sutadi Soegiarto, pemilik toko Agung Jaya Computer mengimbuhkan, sumber masalah PC sebagian besar ditimbulkan dari penggunaan software bajakan. Sebagian konsumen yang menuding kesalahan terjadi pada produsen PC yang melakukan penipuan spesifikasi. "Padahal masalah tersebut muncul karena software yang mereka gunakan tidak asli," kata Sutadi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News