kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Minyak turun, perusahaan tekan biaya produksi


Selasa, 15 Desember 2015 / 20:35 WIB
Minyak turun, perusahaan tekan biaya produksi


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Harga minyak dunia terus mengalami penurunan. Mengutip Bloomberg, Selasa (15/12) pukul 12.45 WIB harga minyak kontrak pengiriman Januari 2016 di New York Merchantile Exchange kembali tergelincir 0,27% ke level US$ 36,21 per barel dibanding hari sebelumnya.

Melihat pergerakan harga minyak yang telah melewati level harga US$ 40 per barel, maka para perusahaan yang bergerak di industri minyak dan gas pun mulai ancang-ancang untuk melakukan efisiensi agar bisnis tetap berjalan.

Direktur Indonesia Petroleum Association (IPA), Sammy Hamzah bilang saat ini pemain di industri migas akan memantau secara seksama dan hati-hati melihat harga minyak yang tengah menurun.

Selain itu, investasi untuk eksplorasi pun dipastikan akan terpengaruh. Sebab, biaya yang pertama-tama akan dipangkas adalah biaya eksplorasi ketika harga minyak menurun.

"Pengembangan lapangan justru akan ditinjau ulang, kalau masih belum produksi. Kalau masih dalam tahap pengembangan akan ditinjau. kalau keekonomiannya tidak masuk di harga US$ 34 atau US$ 40 pasti ditunda sementara," jelas Sammy.

Sementara itu, Direktur Operasi Saka Energi, Tumbur Parlindungan mengakui penurunan harga minyak tentu memiliki pengaruh yang besar. Cara mengatasinya adalah dengan melakukan efisiensi biaya. "Pengaruhnya besar, kita cost efisiensi saja, tidak ada lagi," ucap Tumbur pada KONTAN Selasa (15/12).

Tumbur bilang, salah satu cara untuk mengurangi biaya produksi Saka Energi adalah dengan cara mengurangi jam kerja sehingga tidak ada lagi karyawan yang melakukan lembur. Di sisi lain dengan cara ini, perusahaan bisa mengurangi biaya listrik.

Dengan seluruh cara yang dilakukan oleh Saka Energi, Tumbur mengaku perusahaan bisa menekan biaya produksi mencapai US$ 14-US$ 15 per barel. Dengan besaran biaya tersebut, Saka pun yakin masih bisa melakukan kegiatan produksi pada tahun depan biarpun penurunan harga minyak telah menyentuh level US$ 35 per barel.

Di sisi lain, Tumbur masih enggan menyebut nilai investasi yang akan digelontorkan Saka Energi pada tahun depan. Menurutnya, selama biaya produksi tidak melebihi harga minyak saat ini maka aktivitas bisnis Saka Energi masih akan berjalan.

"Kami belum mengambil keputusan soal investasi. Namun yang pasti kami lakukan adalah cost efisiensi. Tetapi kalau ternyata harga minyak bisa mengcover ya kami tidak akan kurangi aktivitas, kami jalan terus,"imbuh Tumbur.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×