Reporter: Harry Muthahhari | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Perusahaan logistik semen dan air mineral kemasan, PT Mitra International Resources Tbk (MIRA) tahun ini menargetkan laba bersih Rp 11,5 miliar. Sekedar tahu bisnis MIRA cukup tertekan dalam beberapa tahun terakhir ini.
Tahun lalu, MIRA mencatatkan laba bersih Rp 2,32 miliar dan pada tahun 2017, MIRA bahkan mencatat rugi bersih sebesar Rp 18,88 miliar. Tahun 2016 bahkan perusahaan itu harus mencatat rugi bersih Rp 37,6 miliar.
Direktur MIRA Inu Dewanto Koentjaraningrat menjelaskan target laba bersih Rp 11,5 miliar itu karena di tahun ini MIRA telah memperpanjang kontrak dengan beberapa produsen semen dan air mineral kemasan. Di antara produsen semen itu adalah Indocement, Holcim, Semen Bima, dan Semen Garuda. Adapun untuk produsen air mineral adalah Danone. “Sudah dapat pertengahan tahun ini,” ujarnya kepada Kontan.co.id pada Jumat (28/6).
Bahkan untuk beberapa tahun ke depan, Inu semakin optimis karena permintaan angkutan semen akan naik. Salah satu faktornya, MIRA memprediksi ekspansi properti di berbagai kawasan dekat infrastruktur jalan yang dibangun pemerintah bakal menggeliat. Maklum, permintaan semen juga bakal meningkat seiring ekspansi industri properti.
Strategi MIRA sendiri di tahun ini adalah dengan berfokus pada on time delivery dan tetap mengutamakan safety. Memperluas jaringan pelanggan juga jadi strategi andalan mengikuti semakin banyaknya produsen semen baru di Indonesia.
Untuk pendapatan sendiri, MIRA menargetkan pendapatan tahun ini bisa mencapai Rp 132,5 miliar. Adapun pada tahun 2018, MIRA mencatat pendapatan sebesar Rp 128,78 miliar atau tumbuh 6,02% dibanding tahun 2017.
Sampai kuartal I 2019, MIRA mencatatn pendapatan sebesar Rp 29,32 miliar atau turun tipis dibanding capaian di periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 30,4 miliar. Sementara itu laba bersih MIRA di tahun ini sebesar Rp 8,38 miliar atau lebih baik ketimbang capaian di periode yang sama tahun 2017 yang saat itu rugi Rp 634 juta.
Inu mengatakan salah satu penyumbang terbesar MIRA adalah bisnis unit transportasi darat yang menyumbang 95% pendapatan. Sisa pendapatan MIRA berasal unit bisnis karoseri dan pergudangan.
Saat ini, MIRA memiliki total 548 armada truk yang terdiri dari light truck, tronton, dump truck, trinton, trailer, dan mixer semen. Selain itu, MIRA memiliki 150 truk yang tidak dioperasikan dan bakal diremajakan lagi untuk menunjang operasional.
Adapun tantangan MIRA adalah sampai saat ini MIRA belum menaikkan tarif pengangkutan. Tarif pengangkutan yang saat ini diberlakukan masih sama sejak tahun 2015 lalu. Di sisi lain, kata Inu, setiap tahun selalu ada kenaikan gaji dan upah sehingga menekan biaya operasional perusahaan itu.
Target pendapatan dan laba di tahun ini pun, tambah Inu, belum memasukkan komponen kenaikan tarif. Inu berharap di tahun ini bakal ada penyesuaian tarif pengangkutan yang lebih baik. Pihaknya juga bakal menego tarif itu ke produsen semen dan perusahaan air mineral yang merupakan klien MIRA.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News