Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - TANJUNG SEKONG. PT Pertamina (Persero) mencatat hingga 22 Desember 2022 kondisi stok BBM jenis Pertalite cukup untuk 18,96 hari atau secara volume mencapai 84.700 Kiloliter (KL) per hari. Sementara untuk Pertamax 36,23 hari atau 12.800 KL per hari. Untuk Pertamax Turbo stoknya bahkan cukup hingga dua bulan atau 60,04 hari atau secara volume dengan konsumsi rata-rata 794 KL per hari.
Untuk konsumsi solar subsidi diperkirakan sebesar 84.900 KL per hari atau cukup untuk 19,52 hari. Stok Dexlite ini yang terbilang kecil yakni hanya 1,64 hari atau secara volume 1.800 KL per hari. Namun stok Dexlite dipastikan aman, karena diperoleh dari blending Solar dan Pertamina Dex. Untuk Pertamina Dex sendir jumlah stoknya mencapai 56,70 hari atau dengan konsumsi rata-rata mencapai 1.070 KL per hari.
Konsumsi LPG diperkirakan sebesar 24.188 MT perhari atau cukup untuk 17,74 hari. Sedangkan minyak tanah konsumsi diperkirakan sebesar 1.354 KL per hari dengan stok cukup bisa mencapai 67,15 hari.
Baca Juga: Pertamina Pantau Sistem Pemesanan BBM Otomatis Lewat Sistem Auto Replenishement
Sekretaris Jendral Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Rida Mulyana menyatakan secara nasional terjadi peningkatan konsunsi energi khususnya BBM gasoline dan LPG jika dibandingkan kondisi nornal.
Berdasarkan pantauannya di salah satu titik ujung barat Pulau Jawa telah cukup sigap menjaga ketersediaan pasokan di Natal dan Tahun baru. Menurut dia tahun ini ketersediaan stok BBM menjadi krusial lantaran tidak adanya pembatasan penggunaan kendaraan dalam seperti dua tahun sebelumnya.
"Rata-rata kenaikannya 5%, kalau per secara agregat naik kecuali solar, itupun LPG maupun BBM naik sedikit. Tidak ada pembatasan kendaraan sehingga mobilitas lebih tinggi. Artinya potensi untuk kerumunan kemacetan lebih tinggi dari tahun lalu. Jaminan distribusi harus dijaga betul. Ujung barat dan timur Pulau Jawa kita pantau terus," kata Rida di Terminal LPG Tanjung Sekong, Banten, Minggu (25/12).
Menurut Rida, Pertamina sudah memiliki standar operasional yang cukup baik terutama dalam memitigasi potensi gangguan.
"Apresiasi kepada yang dilakukan oleh Pertamina ya mereka sudah menyiapkan SOP yang komplit dan teruji," tegas Rida.
Salah satu kesiapan ditunjukkan Pertamina di Terminal LPG Tanjung Sekong, fasilitas penyimpanan LPG terbesar di Indonesia yang memasok 40% kebutuhan LPG secara nasional. Terminal ini sendiri dikelola oleh Pertamina Energy Terminal, anak usaha Pertamina International Shipping (PIS) dengan salah satu bisnisnya pengelolaan terminal BBM dan LPG.
Dari sisi Hulu atau penyediaan pasokan PIS sendiri mengerahkan 27 unit kapal yang terus bergerak memasok kebutuhan BBM maupun LPG.
Rida menyatakan penerapan teknologi jadi poin khusus bagi PIS sehingga bisa memastikan pasokan aman serta mampu dicarikan solusi dari potensi masalah dalam alut distribusi. Hal itu sangat penting, apalagi untuk LPG yang sebagian besar didatangkan dari luar negeri.
Baca Juga: Jaga Pasokan Energi Selama Nataru, BPH Migas Jalankan Posko Nasional ESDM
Dia menjelaskan, sudah ada sistem yang monitor mulai on-loading, pelayaran, kemudian dikombinasikan dengan pemantauan kondisi cuaca serta kondisi dalam perjalanan. Lewat sistem ini, Pertamina bisa memperkirakan ETA (Estimated Time Arrival).
“Dengan ini bisa lebih jelas kapan datangnya kemudian bisa diprediksi kapan harus onloadingnya dan kapan harus menyiapkan offtakernya. Itu sudah dijalankan teman-teman PIS," jelas Rida.
Muhammad Irfan, Direktur Armada PIS menyatakan Terminal LPG Tanjung Sekong memiliki berbagai kelebihan dibandingkan dengan teminal lainnya. Dia optimistis alur distribusi dari potensi gangguan yang kerap dihadapi dari sisi cuaca saat bongkar muat sudah bisa termitigasi dengan baik.
"Tanjung Sekong itu tinggi bisa minimalisasi yang namanya typhon minimalisanya namanya bulb water itu. Di sini cukup aman, artinya tidak seperti Cilacap yang ombaknya tinggi,” terangnya.
Irfan mengatakan, stok LPG di Tanjung Sekong sudah mencapai 17 hari atau melebihi dari yang disyaratkan sebesar 13 hari. Jadi masih ada toleransi dan masih menjaga agar tidak ada kerugian atau tidak ada emergency condition terkait dengan distribusi LPG.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News