Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Kebijakan penghentian impor jagung oleh pemerintah sejak tahun lalu menjadi berkah bagi bisnis benih jagung Monsanto Indonesia. Pasalnya, dengan penghentian impor jagung, berarti produksi jagung dalam negeri terus digenjot sehingga permintaan benih jagung otomatis melonjak.
Monsanto Indonesia mencatat, realisasi penyerapan benih jagung selama enam bulan terhitung September 2016- Februari 2017 meningkat hingga 368% menjadi 2.944 ton, padahal pada periode yang sama tahun lalu, penyerapannya hanya 800 ton.
Jumlah ini dinilai sangat fantastis. Soalnya, penyerapan benih jagung Monsanto setiap tahun mengandalkan penjualan di periode Maret-Agustus.
Ganesh Pamugar Satyagraha, Direktur Utama Monsanto Indonesia mengatakan, hasil ini relatif mengejutkan karena penyerapan benih jagung biasanya di musim kemarau atau Maret-Agustus. "Tahun ini jadi pembeda karena saat musim hujan, penyerapan kami tumbuh cukup tinggi," ujar Ganesh, akhir pekan lalu.
Ganesh menjelaskan, kontribusi penyerapan benih jagung pada musim hujan ini telah mencapai hampir 50% dari produksi benih jagung sepanjang 2016 yang mencapai 6.000 ton. Padahal pada tahun-tahun sebelumnya, penjualan benih jagung pada musim hujan hanya berkontribusi sekitar 20% dari total produksi dan sisanya diserap pada musim kemarau.
Makanya, Ganesh memastikan Monsanto harus menambah produksi benih jagung sebanyak 1.300 ton lagi agar bisa memenuhi kebutuhan hingga akhir tahun ini. Pasalnya, produksi benih tahun lalu diprediksi bakal habis pada Juli 2017 mendatang. Padahal, biasanya produksi benih selama setahun cukup untuk memenuhi permintaan selama 1,5 tahun. Namun euforia tanam jagung dalam enam bulan terakhir berhasil mengubah perkiraan ini. "Sebenarnya kami mau berproduksi lagi sekitar 3.000 ton. Tapi, baru dapat lahan untuk menghasilkan sebanyak 1.300 ton itu," ujar Ganesh.
Produksi untuk 2018
Melihat pertumbuhan yang agresif pada enam bulan terakhir, Ganesh memperkirakan pertumbuhan penyerapan enam bulan ke depan bisa meningkat 14% dari biasanya.
Selain untuk memenuhi kebutuhan benih jagung tahun ini, Monsanto juga sedang mempersiapkan produksi benih untuk kebutuhan 2018 mendatang. Ganesh menjelaskan bahwa waktu yang paling optimal untuk memproduksi benih jagung adalah saat musim kemarau karena produktivitasnya lebih tinggi 30% dibandingkan musim hujan.
Untuk kebutuhan tahun 2018, Monsanto berencana untuk memproduksi 8.000 benih tahun ini atau naik sekitar 33%. Jumlah ini masih sangat mungkin dicapai karena areal luas tanam jagung diperkirakan akan terus bertambah hingga tahun depan.
Monsanto membagi sentra benih jagung miliknya ke dalam empat kluster, yakni Klaten, Mojokerto, Malang, dan Lamongan. Khusus kluster Lamongan akan dijajaki sebagai pusat produksi benih jagung ekspor. "Pemda Lamongan menawarkan wilayahnya dijadikan produksi benih jagung khusus untuk ekspor," kata Ganesh.
Terdapat 6.000 petani yang bekerjasama dengan Monsanto Indonesia untuk menghasilkan benih jagung saat ini. Ganesh mengatakan bahwa perusahaan berencana menambah petani untuk bekerjasama menghasilkan benih di luar 6.000 petani yang sudah ada. Menurutnya untuk penambahan produksi benih tahun ini, jumlah petani yang diajak kerjasama juga harus ditambah.
Asal tahu saja, perusahaan asal Amerika ini memproduksi beragam jenis benih. Khusus di Indonesia, Monsanto fokus pada benih jagung, baik benih jagung hibrida maupun benih jagung bioteknologi dengan pasar lokal dan juga ekspor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News