Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk.(MTEL) bergerak cepat mengalokasikan mayoritas utangnya ke skema floating rate selagi suku bunga Bank Indonesia (BI rate) menunjukkan tren penurunan.
Pada paruh pertama 2025, MTEL mencatat total utang sebesar Rp 17,68 triliun, turun tipis 1,12% secara tahunan (YoY). Rinciannya, sebanyak Rp 17,43 triliun berupa utang berbunga dan Rp 250 miliar berupa obligasi dan sukuk.
Dari total jumlah itu, 96,1% di antaranya menggunakan skema floating rate. Proporsi floating rate itu turun tipis dari level 98% pada kuartal I-2025. Namun tetap saja, proporsinya naik drastis dari 48% pada kuartal II-2024.
Direktur Investasi MTEL Hendra Purnama menyebut, langkah itu memang menjadi strategi perseroan untuk meningkatkan efisiensi biaya bunga di tengah tren penurunan suku bunga. Pun, dampaknya sudah bisa dirasakan perseroan.
Baca Juga: Penjualan Eceran Diprediksi Melemah September, Naik Lagi di Akhir Tahun 2025
Untuk diketahui, tahun ini BI sudah tiga kali memangkas suku bunga, yakni pada bulan Januari, Mei, dan Juli. Dus posisi terakhir BI rate berada di level 5,25%.
“Kebijakan penurunan BI rate hingga 5,25% secara langsung memberikan dampak positif bagi perseroan melalui penurunan beban utang pinjaman,” ungkap Hendra yang dikutip Kontan, Senin (11/8/2025).
Tak hanya dari sisi utang, capaian positif juga terjadi pada pos pendapatan perseroan. Pada semester I-2025, MTEL berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 1,09 triliun, naik 2,82%
dan pendapatan sebanyak Rp 4,60 triliun, naik 2,15% secara YoY.
Dari tiga pos pendapatannya, hanya pos sewa menara telekomunikasi yang berhasil tumbuh, yakni 3,79% secara YoY menjadi Rp 4,33 triliun. Sementara pos jasa konstruksi terkoreksi 16,45% secara YoY menjadi Rp 253,88 miliar serta pos jasa dan sewa listrik turun 41,67% secara YoY menjadi Rp14,30 miliar.
Padahal, beber Hendra, industri menara sempat menghadapi tantangan dengan aksi merger XL-Smartfren yang otomatis mengurangi permintaan. Namun ia bilang MTEL terus mencari ruang untuk bertumbuh lewat ekspansi bisnis baru dan eksploitasi core business.
Hendra bilang kini ia perseroan yak hanya mengarahkan fokus pada akuisisi menara semata. “Kami melihat potensi dari semua ekosistem menara, seperti fiber,” katanya.
Hendra menyebut bisnis fiber menjadi growth vessel baru di MTEL dengan catatan kontribusi pendapatan sebesar Rp 140 miliar atau 6,2% dari total pendapatan pada kuartal I-2025, tumbuh 64,7% secara YoY.
Pun secara operasional, panjang kabel tergelar milik MTEL bertumbuh pesat sebesar 47,4% secara YoY pada periode yang sama.
“Pengembangan bisnis fiber lewat penggelaran kabel di berbagai wilayah di Indonesia, peningkatan utilisasi kabel eksisting serta optimasi konektivitas lewat fiberisasi menara menjadi kunci pertumbuhan bisnis tersebut,” ungkap Hendra..
Baca Juga: Gagas Lembaga Pemeriksa Halal Produk Kelaudan Perikanan Pertama di Indonesia
Selanjutnya: Penjualan Eceran Diprediksi Melemah September, Naik Lagi di Akhir Tahun 2025
Menarik Dibaca: Harga Emas Hari Ini di Pasar Global Melorot, Ini Penyebabnya!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News