kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,02   -8,28   -0.91%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mulia Boga Raya (KEJU) Targetkan Pertumbuhan Kinerja Single Digit pada 2023


Rabu, 12 April 2023 / 14:39 WIB
Mulia Boga Raya (KEJU) Targetkan Pertumbuhan Kinerja Single Digit pada 2023
ILUSTRASI. Produsen keju merek Prochiz, PT Mulia Boga Raya Tbk (KEJU) menilai pasar keju saat ini masih cukup menantang. Walau demikian, perusahaan ini tetap optimistis bisa meraih kinerja yang positif sepanjang 2023.


Reporter: Dimas Andi | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen keju merek Prochiz, PT Mulia Boga Raya Tbk (KEJU) menilai pasar keju saat ini masih cukup menantang. Walau demikian, perusahaan ini tetap optimistis bisa meraih kinerja yang positif sepanjang 2023.

Peter Wiradjaja, Direktur Mulia Boga Raya menyampaikan, tahun ini pihaknya menargetkan pertumbuhan penjualan dan laba bersih masih di kisaran single digit atau tidak mencapai dobel digit. Hal ini berkaca pada kondisi pasar keju nasional yang masih menantang seiring perubahan perilaku masyarakat di tengah transisi dari pandemi menuju endemi.

“Dahulu ketika masih pandemi, banyak masyarakat yang rajin memasak di rumah sehingga kebutuhan keju olahan juga meningkat. Sekarang kondisinya sudah beda lagi,” kata Peter dalam paparan publik, Rabu (12/4).

Baca Juga: Bersiap, Mulia Boga Raya (KEJU) Bakal Tebar Dividen 95,9% dari Laba Bersih di 2022

Sebagai catatan, penjualan bersih KEJU tumbuh tipis 0,2% year on year (YoY) menjadi Rp 1,04 triliun pada 2022. Namun, laba bersih KEJU turun 19,31% YoY menjadi Rp 117 miliar.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Mulia Boga Raya Paulus Tedjosutikno bilang, harapan peningkatan kinerja KEJU masih sangat terbuka. Salah satu faktor pendukungnya adalah momentum musiman seperti Lebaran yang diyakini akan mengungkit konsumsi keju baik di level rumah tangga maupun di tempat-tempat seperti restoran atau pusat kuliner.

Kendati demikian, manajemen KEJU masih terus mengamati pola konsumsi masyarakat setelah pandemi. “Kami perlu lihat lagi apakah masyarakat akan alokasi uang untuk konsumsi keju sebanyak yang mereka lakukan seperti sebelum pandemi atau justru sebaliknya,” ujar dia, Rabu (12/4).

Dia menambahkan, tantangan lainnya bagi KEJU adalah fluktuasi harga bahan baku keju. Tahun lalu KEJU cukup terdampak oleh tren kenaikan harga bahan baku yang terjadi secara global. Tingginya harga bahan baku tentu menambah beban produksi KEJU, sehingga ujung-ujungnya mempengaruhi margin keuntungan perusahaan tersebut.

Asal tahu saja, seluruh bahan baku KEJU masih harus diimpor dari luar negeri. KEJU mengimpor bahan baku atau produk setengah jadi berupa keju natural untuk diolah kembali menjadi berbagai varian keju. Alasan KEJU masih melakukan impor lantaran belum ada keju natural di dalam negeri yang memenuhi spesifikasi produk perusahaan tersebut.

Pihak KEJU pun tentu sudah menjajaki peluang memperoleh bahan baku dari dalam negeri supaya bisnis perusahaan lebih efisien di kemudian hari. Setidaknya, sebagian bahan baku KEJU kelak bisa diperoleh dari pasar domestik.

“Sejauh ini yang menyuplai bahan baku kami adalah pemain global. Kami belum ketemu produsen bahan baku yang punya efisiensi sama dengan produk yang kami miliki,” kata Paulus.

Baca Juga: Mulia Boga Raya (KEJU) Optimistis dengan Prospek Bisnis Penjualan Keju Tahun Ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×