Reporter: Handoyo | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Mundurnya masa tanam padi juga dikhawatirkan akan menyusutkan produksi padi tahun depan. Pasalnya, dengan kemunduran tersebut luas lahan untuk tanam padi berpotensi berkurang.
"Kalau mundur resiko mempengaruhi luas tanam. Kecuali di penghujung kemarau basah," kata Sutarto Alimoeso Direktur Utama Bulog, Kamis (2/10).
Sutarto berpendapat, bila diramalkan musim hujan mundur maka urusan irigasi mesti dibenahi. Selain itu, para petani harus segera melakukan tanam tanpa harus menunggu musim hujan turun. Masalahnya, bila menunggu musim hujan maka kegiatan produksi jadi ikut mundur.
Meski tidak dapat digeneralisir, Sutarto mengatakan lokasi yang dikhawatirkan kena dampak adalah di daerah di Pantai Utara Jawa (Pantura). Catatan saja, siklus panen padi di Indonesia biasanya terjadi di bulan April, sementara Mei hingga Agustus memasuki musim kemarau.
Sutarto mengaku pihaknya telah siap menghadapi gejolak harga beras yang akan terjadi diakhir tahun ini. Stok beras yang dimiliki siap di gelontorkan bila terjadi ketidakstabilitan harga. Seperti diketahui, pada akhir tahun seperti ini tren harga beras akan meningkat lantaran para pedagang melakukan spekulasi.
Spekulasi harga dilakukan karena para pedagang beras swasta tersebut menaikkan harga jual. Informasi saja, para pedagang beras biasanya membeli pada saat panen raya, dan kemudian disimpan. Dengan penyimpanan tersebut, maka biaya yang dikelurakan pedagang melambung. Tak heran bila harga beras menjadi naik.
Bagi Sutarto harga beras pada bulan September lalu tersebut sudah maksimal. Oleh sebab itu perlu adanya penjagaan harga ditingkat tersebut. Mengutip data Kementerian Perdagangan (Kemendag) harga rata-rata beras jenis pada bulan September berada dikisaran Rp 8.924 per kilogram (kg).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News