Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten produsen jamu dan kosmetik, PT Mustika Ratu Tbk semakin gencar mengembangkan bisnis jamunya baik di dalam negeri maupun mancanegara. Emiten berkode saham MRAT ini telah meracik strategi untuk makin melebarkan sayap bisnisnya.
Presiden Direktur Mustika Ratu, Bingar Egidius Situmorang mengatakan, bisnis kesehatan menarik karena sejatinya Indonesia memiliki kekayaan hayati yang melimpah. Bahkan Indonesia menduduki peringkat kedua di dunia untuk biodiversity dengan memiliki lebih dari 40.000 spesies yang 30.000 tanaman di antaranya memiliki khasiat obat.
Dengan kekayaan yang besar ini, sekitar 90% bahan baku obat tradisional bisa diperoleh di Indonesia. Namun sangat disayangkan, saat ini Indonesia berada di posisi 19 sebagai negara ekspor biofarmaka di dunia dengan market share hanya 0,62%. Sementara peringkat pertama India dan kedua China.
Baca Juga: Kencana Energi Lestari (KEEN) kaji opsi penggalangan dana eksternal
"Ini merupakan peluang bisnis. Lewat dukungan dari semua pemangku kepentingan, maka pengembangan biofarmaka di Indonesia bisa maksimal," jelasnya, Kamis (15/7).
Bingar menjelaskan, saat ini Mustika Ratu sudah mengekspor produk herbal ke sejumlah negara, antara lain Malaysia, Hongkong, Taiwan, Amerika Serikat, Kanada, Eropa, Rusia, dan lainnya. "Saat ini kami juga sedang bersiap masuk ke pasar Afrika dan Australia," ungkapnya.
Meski tidak memerinci mengenai rencana memperluas pasar luar negerinya, manajemen Mustika Ratu berharap bahwa produk herbal dan jamu Indonesia bisa dimanfaatkan untuk membangun hubungan yang lebih baik dengan luar negeri. Dia berpesan, seyogyanya pemerintah dapat memanfaatkan produk herbal dan jamu Indonesia sebagai satu cara berdiplomasi atau dia sebut sebagai jamu diplomacy.
"Indonesia harus memperkuat pasar dalam negeri, merebut peluang pasar ekspor agar tidak hanya sebagai pasar saja tapi bisa berbalik sebagai produsen dan eksportir," tegasnya.
Maka dari itu, selain memperluas jangkauan pasar ke luar negeri, Mustika Ratu menyiapkan sejumlah agenda bisnis atau aksi korporasi ke depannya, salah satunya mendorong jamu menjadi new healthy lifestyle. "Selama ini ngetren istilah ngopi atau ngeteh. Nantinya akan ada tren ngejamu. Jamu harus menjadi gaya hidup sehingga bisa menjangkau lebih banyak konsumen," ujarnya.
Baca Juga: Kencana Energi (KEEN) bakal gunakan sisa dana IPO untuk pengembangan usaha baru
Salah satu strategi yang akan dilakukan Mustika Ratu adalah menjalin kemitraan atau kerja sama dengan banyak pihak untuk membangun jaringan kafe jamu.
"Kalau Mustika Ratu harus membangunnya sendiri tentu sulit, tetapi kalau dengan kerja sama dengan banyak pihak dan membuatnya ada di mana-mana, kafe jamu bisa saja akan lebih banyak dibanding coffee shop," tandasnya.
Permintaan produk herbal naik di tengah pandemi
Di tengah pandemi Covid-19, produk-produk berbahan dasar alami atau herbal semakin naik pamor. Bingar mengungkapkan, permintaan produk herbal mencatatkan kenaikan karena masyarakat lebih peduli akan kesehatan dan memilih mengonsumsi bahan alami karena tidak memiliki efek samping.
Peluang peningkatan bisnis produk herbal juga diakselerasi dengan platform digital yang semakin mempermudah masyarakat mendapatkan barang yang diinginkan. "Dengan adanya pembatasan sosial ketat, banyak orang beralih belanja secara daring. Nah, tren new normal ini juga menjadi peluang jamu modern menyasar generasi Z dan milenial," kata Bingar.
Melansir laporan keuangan kuartal I 2021, penjualan bersih Mustika Ratu sebesar Rp 88,59 miliar atau meningkat 30,10% (yoy) dibandingkan kuartal I-2020 sebesar Rp 68,09 miliar.
Peningkatan penjualan bersih disebabkan beberapa faktor, seperti kenaikan penjualan produk kesehatan sebesar 104%, perbaikan penjualan sektor kosmetik yang sebelumnya menurun kini terdongkrak 43%, serta peningkatan penjualan di sektor perawatan diri sebesar 3%.
Seiring dengan kesadaran pelanggan untuk senantiasa menjaga kesehatan dan konsumsi minuman herbal, permintaan produk jamu pun mengalami peningkatan sebesar 44% di tiga bulan pertama tahun ini.
Selanjutnya: Harga nikel mentereng, PAM Mineral (NICL) mengejar target produksi 1,8 juta ton
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News