kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

NextICorn: Keberhasilan ekspansi Alibaba karena manajerial yang solid


Minggu, 17 November 2019 / 21:06 WIB
NextICorn: Keberhasilan ekspansi Alibaba karena manajerial yang solid
ILUSTRASI. FILE PHOTO: Alibaba Group co-founder and Executive Chairman Jack Ma attends Alibaba Group's 11.11 Singles' Day global shopping festival in Shanghai, China, November 12, 2018. REUTERS/Aly Song/File Photo


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jack Ma memang telah pensiun dari Alibaba, tapi perusahaan rintisannya tidak berhenti berekspansi.

Sepeninggal sang pendiri, Alibaba justru makin giat merentangkan sayap bisnisnya. Teranyar, perusahaan bervaluasi Rp 2000 triliun itu dalam waktu dekat akan melakukan secondary listing di bursa saham Hong Kong dengan target meraup Rp182 triliun dana segar untuk ekspansi bisnis.

Keberhasilan transisi kepemimpinan Alibaba dapat menjadi pelajaran penting bagi startup di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Baca Juga: Penjualan Alibaba melonjak 24,58% menjadi US$ 38,8 miliar pada festival 11.11

Beberapa waktu lalu kita juga menyaksikan transisi kepemimpinan yang cukup mulus di Gojek yang ditinggal oleh pendirinya, Nadiem Makarim, yang sekarang menjabat sebagai Mendikbud.

Startup lain dapat menjadikan pengalaman kedua perusahaan tersebut sebagai best practice yang dapat dirujuk jika ingin melakukan hal serupa.

Apa yang diraih oleh Alibaba, menurut Chairman NextICorn Daniel Tumiwa, merupakan hasil proses panjang transisi kepemimpinan sekaligus juga manajerial mumpuni, dengan tim solid. Tak hanya semata mengandalkan ke sosok Jack Ma.

Baca Juga: Sembilan jam setelah dibuka, penjualan Alibaba di hari Jomblo capai US$ 23 miliar

Saat ini, kata dia, Alibaba sudah sampai di titik dan sudah sukses menjauhkan diri dengan sosok Jack Ma. Jadi, apa yang dicapai Alibaba telah disusun by design, dengan target-target terukur.

"Seperti Unicorn Indonesia, semua sudah balik ke manajemen. Bukan orang per orang lagi. Masing-masing Unicorn memiliki ciri khasnya," ujar Daniel dalam keterangannya, Sabtu (16/11).

Daniel juga menambahkan, unicorn di Indonesia ke depan juga memiliki kemampuan seperti dimiliki oleh Alibaba, untuk bisa masuk bursa sekaligus mengelola bisnis dengan lebih baik, sehingga bisa meraih pendanaan besar.

Baca Juga: Inilah produk Indonesia yang laku di hari jomblo Alibaba 11.11

"Indonesia sangat mampu dan akan terjadi. Kita tunggu 2020. Tujuan Digital Enterprise kita Go Public sangat fokus untuk memajukan Indonesia. Untuk itu akan sangat mendapat dukungan baik," ucap Daniel.

Apa kunci sukses Alibaba sehingga tetap berkembang meski ditinggal oleh pendirinya?

Pada saat berkunjung ke Indonesia tahun 2018 lalu, Jack Ma membagikan pengalamannya dalam mengembangkan Alibaba. Ia menyebut bahwa kunci keberhasilannya adalah kepercayaan (trust).

Baca Juga: Alibaba rencanakan IPO di bursa Hong Kong terealisasi akhir November 2019

Menurutnya, kepercayaan konsumen merupakan jantung utama perusahaan yang harus dijaga, selain karyawan. Jika diurutkan, konsumen nomor satu, karyawan nomor dua, dan kepercayaan dari kedua-duanya adalah nomor tiga.

Meski kini Jack Ma telah pensiun dari Alibaba dan telah dilakukan transisi kepemimpinan, namun publik dan investor tetap percaya penuh pada keseriusan dan kinerja bisnis Alibaba sehingga penjualan saham ke publik selalu dinanti.

Ia menegaskan bahwa Alibaba yang didirikan pada tahun 1999 harus bertahan sampai seratus tahun. Untuk merealisasikan visi tersebut, Jack Ma dan timnya mengembangkan sistem kepemimpinan yang menghargai cara baru.

Baca Juga: Alibaba mulai merambah konsumen di kota kecil

Karena itu, meski Jack Ma sudah tak lagi aktif, Alibaba masih tetap jadi kesayangan investor. Tak heran, meski ekonomi China stagnan, Alibaba tetap menghasilkan pendapatan sebesar 114,92 miliar yuan (US$16,15 miliar) pada kuartal April-Juni 2019, atau naik 42% dari tahun sebelumnya. Ini menjadi bukti bahwa ekosistem Alibaba sudah sangat tangguh.

Kini, perusahaan yang bermarkas di Hangzhou dengan sekitar 103 ribu karyawan di seluruh dunia itu mengoperasikan pusat data di 10 negara di luar China dan telah memperluas jaringan logistik ke Asia Tenggara dan Eropa.

Ekspansi Alibaba tak berhenti. Paling baru, Alibaba siap melakukan secondary listing atau mencatatkan saham perdana (initial public offering/IPO) di Bursa Hong Kong, paling lambat pada akhir November 2019. Ini adalah kali kedua Alibaba melakukan IPO setelah sebelumnya pada 2014 tercatat atau listing di New York Stock Exchange (NYSE).

Baca Juga: Sempat tertunda, Alibaba berencana IPO di Hong Kong pada pekan terakhir November

Alibaba telah mendapat lampu hijau dari regulator Hong Kong untuk melanjutkan penjualan saham. Alibaba akan menerbitkan 500 juta saham biasa baru pada secondary listing tersebut.

Namun perusahaan juga menyediakan opsi greenshoe yang memungkinkan bank penjamin menjual 75 juta saham tambahan.

Merujuk informasi Businessinsider.com, di IPO kedua ini Alibaba menargetkan untuk memperoleh dana hingga US$ 13 miliar atau sekitar Rp 182 triliun (estimasi kurs Rp 14.000/US$).

Sementara Reuters dan South China Morning Post melaporkan bahwa dari penjualan saham IPO tersebut, raksasa e-commerce dunia itu bisa memperoleh dana sekitar US$ 10 miliar hingga US$ 15 miliar.

Baca Juga: Alasan mengapa Jack Ma pensiun dari Alibaba Group akhirnya terungkap!

Pada saat pengajuan ke Komisi Sekuritas dan Bursa AS (Securities and Exchange Commission/SEC), Alibaba telah mengonfirmasi bahwa perusahaan telah mengajukan aplikasi untuk melakukan secondary listing di bursa saham Hong Kong. Perusahaan juga mengatakan bahwa NYSE masih akan terus menjadi tempat listing utamanya.

Dalam IPO pertama di NYSE bulan September 2014 lalu, Alibaba mencatatkan rekor IPO terbesar dalam sejarah pasar modal dunia dengan mengumpulkan dana hingga US$ 25 miliar atau setara dengan Rp 350 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×