Reporter: Rilanda Virasma | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Maharaksa Biru Energi Tbk (OASA) berpartisipasi dalam tender proyek waste to energy (WTE) atau Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik (PSEL) Danantara di wilayah Bogor Raya dan Denpasar Raya.
Sebagai informasi, ada lima wilayah pengembangan PSEL lain yang diprioritaskan Danantara, yakni Tangerang Raya, Semarang Raya, Medan Raya, Yogyakarta Raya, dan Bekasi Raya. Ketujuh wilayah tersebut merupakan sebagian dari total 33 wilayah di Indonesia yang akan dibangun fasilitas PSEL dengan nilai investasi hampir Rp 100 triliun oleh pemerintah.
“Karena kita melihat dari pemetaan, kondisi lapangan, kemudian karakteristik sampahnya, persiapan dan ketersediaan data dan sebagainya, kita tidak ikut lima lainnya karena jadwal dari tender Danantara ini sangat ketat,” ungkap Direktur Utama OASA, Bobby Gafur Umar, dalam paparan publik, Rabu (17/12/2025).
Baca Juga: Pertamina Proyeksikan Kenaikan Demand BBM pada Libur Nataru di Jawa Bagian Barat
Untuk memuluskan itu, OASA telah menggabungkan diri dalam konsorsium bersama perusahaan pengolah sampah asal China, Grandblue Environment Co. Ltd. Perusahaan ini merupakan satu dari 24 perusahaan global lain yang terlibat dalam daftar penyedia terseleksi (DPT) yang mengikuti tender proyek PSEL Danantara batch pertama.
Grandblue Environment memiliki skala operasi hingga 99.590 ton per hari, atau setara 60% dari total produksi sampah Indonesia yakni sekitar 175 ribu ton per hari.
OASA mengklaim telah menyiapkan seluruh kebutuhan untuk kedua proyek tersebut. “Dan kami juga sudah melihat dari tujuh yang tadi ditampilkan, kita persiapkan setelah batch pertama ini proses tender selesai untuk ikut di proses berikutnya,” imbuh Bobby.
Lebih lanjut, Bobby menyebut skema pendanaan proyek akan menggunakan project financing. Dengan skema ini, pendanaan bersumber dari proyeksi arus kas masa depan proyek itu sendiri, bukan dari neraca perusahaan induk, dengan melibatkan entitas khusus (special purpose vehicle / SPV) serta didukung aset proyek sebagai jaminan.
Menilik kinerja keuangan hingga September 2025, OASA mencatat penurunan pendapatan dan laba yang cukup signifikan. Perseroan membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 30,64 miliar, merosot dibandingkan Rp 50,68 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Seiring dengan itu, OASA menderita kerugian sebesar Rp 14,37 miliar, berbalik dari laba Rp 143,16 miliar pada September tahun lalu.
Kata Bobby, penurunan kinerja tersebut terjadi seiring tertundanya proyek PSEL sejak 2021, disertai dengan penyesuaian regulasi serta momentum Pemilu 2024. Meski demikian, ia mulai melihat tanda-tanda pemulihan seiring terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) 109/2025 dan bergulirnya proyek 33 kota PSEL Danantara.
Jika ditelusuri lebih lanjut, segmen jasa konsultasi dan penjualan barang tidak lagi menyumbang pendapatan, padahal pada tahun sebelumnya masing-masing berkontribusi Rp 11 miliar dan Rp 119,86 juta.
Sementara itu, pendapatan dari segmen jasa konstruksi turut menyusut dari Rp 33,71 miliar menjadi Rp 23,72 miliar. Meski masih menjadi penopang, efisiensi anggaran pemerintah membuat segmen ini kurang bergairah.
Di sisi lain, pendapatan dari woodchip masih mencatatkan pertumbuhan, dari Rp 5,75 miliar menjadi Rp 6,92 miliar. Namun, Bobby mengakui kontribusinya masih relatif kecil seiring transisi energi oleh PLN.
“Ya contohnya dalam enam bulan ini kita sudah bisa awalnya bisa ngirim 3.000 ton per bulan, biomass-nya tiba-tiba stop karena ada overhaul mesin yang memakan waktu hampir 6 bulan,” imbuhnya.
Adapun hingga saat ini, Direktur sekaligus Chief Financial Officer OASA, Soraya Inderasari, menyebut perseroan telah menyerap belanja modal atau capital expenditure (capex) kurang dari Rp 500 juta. Anggaran tersebut digunakan untuk menambah peralatan penunjang pabrik biomassa di anak usaha OASA, PT Mentari Biru Energy.
“Untuk rencana capex di tahun 2026 kami ekspektasikan akan jauh lebih tinggi karena sejalan dengan persiapan proyek PSEL sehingga kami perkirakan capex itu akan berada di atas 100 miliar,” ujar Soraya.
Hingga akhir September 2025, OASA membidik pendapatan sebesar Rp 35 miliar.
Baca Juga: Lewat Padi Biosalin, PGN dan BRIN Hidupkan Kembali Lahan Tidur di Pesisir Jepara
Selanjutnya: Ada 22 Fintech Lending dengan Kredit Macet di Atas 5%, Mayoritas Segmen Produktif
Menarik Dibaca: Belajar Parenting Zaman Sekarang, Ini Pendekatan Sampoerna Academy untuk Orang Tua
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













