Reporter: Muhammad Yazid | Editor: Amailia Putri
JAKARTA. PT Bintan Alumina Indonesia akan memulai konstruksi unit pengolahan dan pemurnian (smelter) komoditas alumina pada Oktober 2013 mendatang senilai US$ 1 miliar. Sekarang ini, proses pembangunan tersebut tengah dalam tahapan penyelesaian studi kelayakan atawa feasibility study (FS).
Zulnahar Usman, Direktur Utama Bintan Alumina Indonesia mengatakan, dengan dilaksanakannya konstruksi di akhir tahun ini, pihaknya optimistis smelter berkapasitas 2 juta ton alumina tersebut bisa dioperasikan paling lambat 2016 mendatang. "Konstruksi akan mulai Oktober depan, sedangkan FS sudah lebih dari setengah jalan," kata dia kepada KONTAN di Kantor Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Rabu (24/7).
Smelter milik Bintan Alumina rencananya akan dibangun lahan seluas 2.000 hektare (ha) di Bintan, Kepulauan Riau. Dengan kapasitas produksi alumina sebesar 2 juta ton alumina per tahun, unit pengolahan ini membutuhkan bahan baku bijih bauksit sebanyak 5 juta ton per tahun.
Menurut Zulnahar, investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan smelter ini mencapai US$ 1 miliar. Selain pembangunan smelter,Bintan Alumina rencananya juga akan membangun dermaga dan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dengan kapasitas 3x110 megawatt (MW).
Zulnahar menyampaikan, hal pertama yang akan dibangun pihaknya ialah fasilitas pelabuhan dan dermaga. "Pelabuhan yang akan kami bangun masih dalam kawasan Pelindo I, kami juga sudah memperoleh perizinan dari Kementerian Perhubungan," kata dia.
Zulnahar menambahkan, Bintan Alumina juga tidak mengkhawatirkan pasokan bahan baku. Selain di Bintan, pihaknya juga telah memiliki lahan pertambangan bauksit lain di Kalimantan Barat. Kedua areal pertambangan tersebut memiliki jumlah cadangan 100 juta ton.
Menurut Zulnahar, pihaknya mengharapkan mendapatkan kemudahan dari pemerintah untuk tetap boleh mengekpor bijih bauksit selama pembangunan smelter berlangsung. "Namun, kalau tidak ada izin, kami tetap siap terus melanjutkan konstruksi hingga smelter beroperasi," ujar dia.
Zulnahar bilang, tahun ini, pihaknya hanya akan mampu mengekspor 1 juta ton dari target 2 juta ton. "Kami belum dapat memenuhi seluruh kuota, karena memang permintaan ekspor melemah," ujarnya. Maklum, saat ini, permintaan dari China sedang turun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News