kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Olahan Limbah Ternak Widodo Makmur Perkasa (WMPP), Solusi di Saat Harga Pupuk Tinggi


Senin, 16 Januari 2023 / 09:51 WIB
Olahan Limbah Ternak Widodo Makmur Perkasa (WMPP), Solusi di Saat Harga Pupuk Tinggi
ILUSTRASI. Kontan - Widodo Makmur Perkasa Kilas Online


Reporter: Tim KONTAN | Editor: Ridwal Prima Gozal

KONTAN.CO.ID - Sejak dahulu, masyarakat agraris di Indonesia biasa memanfaatkan kotoran ternak sebagai pupuk organik. Kotoran ternak yang telah diolah mengandung berbagai unsur hara yang dapat menyuburkan lahan pertanian dan mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia. Praktik ramah lingkungan ini juga diterapkan PT Widodo Makmur Perkasa Tbk (WMPP) sebagai bagian dari komitmen perseroan menjalankan ekonomi sirkuler dalam operasional bisnisnya.

Dengan inovasi teknologi, WMPP melalui anak usahanya, PT Pasir Tengah, mengolah kotoran sapi dan unggas menjadi material kaya manfaat. Kotoran ternak yang sudah diolah menjadi pupuk organik kemudian digunakan untuk kebutuhan internal perusahaan, sebagai pupuk bagi budidaya tanaman hijauan bahan pakan ternak.

Selain memenuhi kebutuhan nutrisi yang tepat bagi ternak sapi, pemanfaatan olahan kotoran sapi tersebut juga meningkatkan efisiensi biaya produksi bagi Perusahaan. Pengolahan limbah kotoran ternak yang hasilnya kemudian dipakai kembali dalam proses produksi menjadi penerapan prinsip Reduce, Reuse, Recyle, Recovery, dan Repair (5R) dalam konsep ekonomi sirkuler.

“Perusahaan memiliki perhatian dan komitmen yang tinggi terhadap penerapan praktik keberlanjutan. Salah satu upaya untuk mewujudkannya adalah penerapan konsep circular economy dalam operasional Perusahaan sehari-hari,” ujar Chief Operating Officer (COO) PT Widodo Makmur Perkasa, Tbk, Mega Nurfitriyana.

Limbah kotoran ternak di WMPP dikelola secara mandiri di dalam Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang dibangun sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Akan halnya limbah jenis B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), WMPP mengelolanya bersama pihak ketiga.

“Semua dilakukan agar Perusahaan meminimalkan dampak lingkungan untuk operasional yang dilaksanakan,” imbuh Mega.

Solusi alternatif  

Selain ramah lingkungan, penggunaan pupuk organik terbukti mampu meningkatkan produktivitas lahan pertanian, dengan harga yang relatif lebih terjangkau dibandingkan pupuk kimia. Terlebih dengan konflik Rusia-Ukraina yang masih berkepanjangan, harga pupuk dunia terus meningkat. Pupuk organik hasil olahan kotoran ternak pun menjadi alternatif yang dapat menjadi solusi bagi petani.

“Untuk kotoran sapi dan unggas yang telah diproses menjadi pupuk organik, keduanya termanfaatkan kembali dengan baik melalui kerja sama dengan para petani maupun skala industri. Telah sejak lama kotoran ternak Perusahaan dimanfaatkan untuk meningkatkan kesuburan lahan pertanian atau perkebunan baik skala kecil mapun besar,” jelas Mega.

Di samping kotoran sapi, WMPP juga memproduksi pupuk organik hasil olahan kotoran unggas. WMPP mengoperasikan Rumah Potong Hewan Unggas (RPHU) yang mampu melayani pemotongan 12.000 unggas per jam. Limbah kotoran unggas dari RPHU terbesar di Indonesia ini menjadi sumber nutrisi tanah yang melimpah bagi perusahaan.

Pupuk organik dari olahan limbah ternak unggas turut didistribusikan untuk petani mitra WMPP, seperti para petani sayur yang berlokasi di daerah Dieng atau Wonosobo, Jawa Tengah.

“Oleh karena itu, hampir tidak ada limbah dari ternak yang tidak termanfaatkan dengan baik,” tandas Mega.

Riset biopelet

Upaya pengolahan kotoran ternak yang dilakukan WMPP tak sebatas memanfaatkannya sebagai pupuk organik. Saat ini, WMPP tengah mengembangkan pengolahan kotoran ternak menjadi Bio-CNG (Biomethane-Compressed Natural Gas) sebagai bagian dari pemanfaatan energi terbarukan oleh Perusahaan. WMPP akan membangun pabrik pengolahan Bio-CNG di Cianjur untuk mengkonversi limbah kotoran sapi dan pengolahan daging menjadi bahan bakar dengan kapasitas hingga 300 ton/hari. 

Bekerja sama dengan akademisi terkemuka di bidang peternakan dan pertanian, WMPP juga melakukan riset biopelet yang berpotensi menjadi bahan bakar terbarukan lainnya. Biopelet ini merupakan sisa materi dari Bio-CNG yang berupa lumpur.

“Diharapkan, bahan bakar terbarukan ini dapat menggantikan batu bara ke depannya. Kami juga berharap semua inisiatif ekonomi sirkuler ini bisa memberikan kontribusi pada pencegahan efek rumah kaca dalam jangka panjang,” ungkap Mega.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×