Reporter: Mona Tobing | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pengoperasian Pabrik sagu Perum Perhutani mundur dari target yang dijadwalkan. Paling lambat, pabrik sagu baru dapat beroperasi tahun depan. Padahal seharusnya pabrik ditargetkan bisa beroperasi tahun ini. Perhutani terkendala masalah pembangkit listrik yang membuat uji coba mesin terhambat.
Mustoha Iskandar, Direktur Utama Perhutani mengatakan, sampai akhir tahun perusahaan fokus pada proses uji coba mesin. Sebab dari kapasitas yang terpasang diperkirakan baru 1/4 yang dapat dikelola sebesar 100 ton per hari.
Saat ini, penyelesaian pabrik sagu baru sekitar 85%. "Perusahaan terkendala cuaca hujan di Papua yang menganggu proses pembangunan pabrik," kata Mustoha pada hari ini (3/3). Selain itu, ada pula persoalan lain yakni pembangkit listrik yang belum terpasang.
Potensi bisnis sagu amat besar di Papua. Selain tanamannya telah tumbuh secara alami dan subur, sagu adalah tanaman ekonomis karena tidak perlu direplanting namun produktifitasnya tinggi. Sementara, nilai jual di pasar terbilang tinggi.
Asal tahu saja, harga sagu di pasar Jawa saat ini berkisar Rp 3.500 per kilogram (kg) hingga Rp 5.000 per kg. Sementara di Papua mencapai Rp 12.000 per kg hingga Rp 15.000 per kg.
Produksi sagu dari Papua akan dikirim ke Cirebon sebagai bahan baku makanan. Juga untuk industri perekat atau lem di Surabaya.
Nilai investasi pabrik ini diprediksi mencapai Rp 120 miliar. Perhutani menghitung, produksi sagu akan berkontrobusi atas pendapatan perusahaan sebesar Rp 100 miliar per tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News