Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) meminta fleksibilitas ekspor konsentrat tembaga seiring dengan proses commissioning smelter yang berjalan lebih lambat dari rencana.
Presiden Direktur Amman Mineral Rachmat Makkasau mengatakan, saat ini smelter yang dibangun oleh anak usahanya, PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT), baru mencapai kapasitas operasi sekitar 48%.
“Proses commissioning berjalan lambat karena kami melakukan berbagai upaya untuk memastikan tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Karena ini adalah teknologi yang baru yang memang sangat berbeda dengan kemampuan kami sebagai penambang,” kata Rachmat dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi XII DPR RI, Rabu (19/2).
Baca Juga: Amman Mineral (AMMN) Amankan Pasokan Energi Lewat Proyek LNG dan PLTGU
Smelter yang berlokasi di Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat, ini memiliki kapasitas pengolahan 900.000 ton konsentrat tembaga per tahun, dengan target produksi 220.000 ton katoda tembaga.
Selain itu, smelter ini juga akan menghasilkan produk sampingan seperti 830.000 ton asam sulfat, 18 ton emas batangan, 55 ton perak, dan 77 ton selenium.
Amman memulai proses commissioning sejak Juni 2024 setelah menyelesaikan tahap mechanical completion pada Mei 2024. Namun, karena kompleksitas teknologi yang digunakan—menggabungkan teknologi dari Yanggu, China, serta beberapa penyedia lainnya seperti Merin dan Ototec—proses startup smelter mengalami kendala teknis.
“Dengan itu kami juga berharap dapat diberikan fleksibilitas untuk melakukan ekspor mengingat banyaknya ketidakpastian dalam proses commissioning ini," ungkap Rachmat.
Rachmat menjelaskan, Amman sebelumnya berkomitmen membangun smelter setelah mengambil alih tambang dari PT Newmont pada 2017. Awalnya, smelter dirancang dengan kapasitas 2,6 juta ton, tetapi kemudian disesuaikan dengan produksi Amman menjadi 900.000 ton.
Baca Juga: Pemerintah Targetkan Peningkatan Kapasitas Listrik 71 GW, 70% dari EBT
Total investasi proyek ini mencapai sekitar US$ 1,4 miliar, termasuk investasi tambahan untuk pembangkit listrik dan fasilitas pendukung lainnya.
Menurut Rachmat, dengan kapasitas operasi yang masih di bawah target, Amman menilai relaksasi ekspor konsentrat tembaga akan membantu menjaga keseimbangan produksi dan operasional.
Pemerintah sebelumnya telah memberikan izin ekspor bagi beberapa perusahaan tambang yang smelternya belum mencapai target operasi penuh, termasuk PT Freeport Indonesia.
Hingga kini, Amman terus melakukan berbagai upaya untuk mempercepat commissioning smelter, termasuk menambah jumlah tenaga kerja di luar rencana awal untuk memastikan kelancaran operasional.
Selanjutnya: Brigit Biofarmaka Teknologi Incar Omzet Rp 250 Miliar Usai Resmikan Pabrik Baru
Menarik Dibaca: Promo PSM Alfamart 16-22 Februari 2025, Indomie Aceh-Rendang Beli 4 Cuma Rp 10.900
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News