Reporter: Ahmad Febrian, Andy Dwijayanto, Klaudia Molasiarani, Riska Rahman | Editor: Ahmad Febrian
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam sebuah dokumen tentang perkembangan registrasi kartu prabayar yang Kontan.co.id peroleh, Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Ditjen Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri mendeteksi adanya nomor induk kependudukan (NIK) yang sama bisa untuk registrasi hingga puluhan ribu kali dalam sehari. Ditjen Dukcapil mengindikasikan, terjadi registrasi pelanggan jasa telekomunikasi dengan memakai mesin atau robot. "Indikasi tersebut diperkuat dengan bisa dilakukan request satu NIK sebanyak 11 kali dalam satu detik," demikian bunyi dokumen yang Kontan.co.id terima awal pekan ini tersebut.
Yang menarik, dalam dokumen Ditjen Dukcapil melampirkan screenshot operator telekomunikasi yang diduga menggunakan robot atau mesin. Siapa operator itu? Dengan pencarian salah satu nomor induk kependudukan, di sceeenshot Ditjen Dukcapil itu tertera username dan instansi Indosat mampu mendaftarkan empat sampai lima nomor bersenjatakan satu NIK hanya dalam waktu satu detik.
Benarkah Indosat Ooredoo berani menggunakan robot untuk proses registrasi? Direktur Utama Indosat Ooredoo Joy Wahyudi menegaskan,terkait kebocoran yang terjadi murni ulah penjaga toko dan kebiasaan pelanggan. Ia mengimbau para pelanggan menjaga data pribadi dengan baik. Selain itu, ia meminta pelanggan melakukan registrasi sendiri dan tidak mempercayakan proses registrasi kartu kepada orang lain, termasuk penjaga toko dan lapak. Joy mengaku, hal ini terjadi di luar kendali Indosat Ooredoo maupun pemerintah. "Pemerintah tak melarang pelanggan menggunakan NIK dan kartu keluarga (KK) yang sama berkali-kali, jadi data tersebut bisa saja diduplikasi oleh pihak lain," tuturnya, Rabu (14/3). Sekadar mengingatkan, pendaftaran lewat sistem elektronik operator maksimal tiga nomor. Jika lebih, pelanggan harus menyambangi outlet operator atau mitra operator.
Sedangkan Fajar Aji Suryawan, Group Head Regulatory & Government Relation Indosat Ooredoo, mengakui, ada metode yang lebih canggih menggunakan software atau mesin robot untuk mencuri data. Namun bukan data dari provider yang dicuri, melainkan data dari outlet yang bekerjasama dengan provider. “Registrasi memakai robot itu memang ada software tertentu yang dimanfaatkan teman-teman di lapangan. Jadi teman-teman di lapangan punya software yang bisa memanfaatkan sistem, jadi kami sebenarnya juga di-abuse begitu,” kata Fajar
Apa kata konter atau mitra operator terkait tudingan tersebut? Belum lama ini, Qutni Tysari Ketua Umum Kesatuan Niaga Celluler Indonesia (KNCI) melayangkan surat ke Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Ia mengaku outlet seluler di seluruh wilayah Indonesia tidak diberi kewenangan untuk menyelenggarakan sistem registrasi kartu prabayar seperti yang telah disampaikan oleh Dirjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Kominfo pada 7 November 2017 lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News