Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia Battery Corporation (IBC) memprediksi jika pemanfaatan kendaraan listrik berbasis baterai semakin masif, Indonesia dapat menekan angka impor minyak mentah hingga 30 juta barel per tahun.
Direktur Utama Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho menjelaskan, badan usaha milik negara (BUMN) sepakat mengembangkan industri baterai kendaraan listrik sampai 2034. Dari segi tahapan, pada 2024 IBC akan memproduksi 10 GWh baterai untuk industri otomotif bekerja sama dengan Hyundai.
Kemudian pada 2034, Indonesia bisa memproduksi 50 GWh baterai untuk roda dua dan roda empat serta sistem penyimpanan energi (energy storage system) untuk pembangkit energi baru dan terbarukan (EBT).
Baca Juga: Catat Harga Motor Listrik Subsidi di Bawah Rp 10 Juta, Dapat Varian Mirip Vespa
Toto menjelaskan lebih lanjut, di 2035 proyeksi kebutuhan baterai di Indonesia sudah mendekati 60 GWh. Dari sisi kendaraan roda empat, kebutuhan baterai ini untuk 400.000 hingga 600.000 unit kendaraan. Sedangkan untuk roda dua bisa mencapai 3 juta hingga 4 juta unit.
Menurut perhitungan, potensi dari industri baterai dapat mengurangi emisi karbon (Co2) sebanyak hampir 9 juta ton per tahun atau kurang lebih 8% dari transportasi nasional.
“Dan dari segi pengurangan impor minyak mentah, ini diperkirakan hampir 30 juta barel per tahun, itu bisa kita dapat hemat dengan menggunakan sumber energi elektrik dibandingkan fosil,” jelasnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Senin (27/11).
Selain untuk otomotif, Toto juga menyoroti pentingnya pemanfaatan baterai demi menunjang sistem listrik di Indonesia. Baterai yang diproduksi IBC ini nantinya juga dapat memfasilitas penyimpanan energi dari pembangkit EBT.
Dia menjelaskan, baterai dapat digunakan untuk membantu intermitensi dari pembangkit EBT, melakukan stabilisasi grid, dan meningkatkan keandalan, begitu juga sebagai backup daya cadangan.
“Energy storage system merupakan satu hal yang sangat penting untuk kita implementasikan di Indonesia,” pungkasnya.
Harga Baterai akan Terus Turun
Toto menyatakan, harga baterai memang akan selalu relatif turun di mana saat ini sudah mencapai US$ 150 per KWh di mana pada 2025 seharusnya sudah di bawah US$ 100 per KWh.
Baca Juga: Bulan Depan, Joint Venture Proyek Baterai Kendaraan Listrik Terintegrasi Akan Rampung
“Jadi ini harusnya untuk industri baterai secara jangka panjang bisa bagus. Tapi harga turun seperti kemarin itu lebih ke faktor geopolitik. Sementara,” jelasnya.
Namun untuk jangka panjang, harga baterai akan cenderung melandai karena pasokannya sudah semakin banyak dan teknologi semakin canggih. Menurutnya, harga baterai yang murah dapat memberikan manfaat untuk pelanggan sehingga keterjangkauan mobil listrik bisa tercapai.
“Sebab sekitar 30% (dari harga kendaraan) ada di baterai,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News