kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.199   57,86   0,81%
  • KOMPAS100 1.105   10,32   0,94%
  • LQ45 877   10,94   1,26%
  • ISSI 221   0,89   0,40%
  • IDX30 448   5,61   1,27%
  • IDXHIDIV20 539   4,64   0,87%
  • IDX80 127   1,22   0,97%
  • IDXV30 135   0,58   0,43%
  • IDXQ30 149   1,55   1,05%

Pabrik Bahan Peledak Dibangun di Indonesia


Kamis, 04 Juni 2009 / 06:54 WIB


Sumber: KONTAN |


KOTA. Sebuah pabrik amonium nitrat (bahan peledak) skala besar akan segera dibangun di negeri ini. Kemarin (3/6), PT Kaltim Nitrate Indonesia (KNI) menandatangani perjanjian kerjasama untuk pembangunan pabrik amonium nitrat senilai US$ 173 juta dengan PT Rekayasa Industri. Total investasi KNI untuk pabrik ini akan mencapai US$ 400 juta.

KNI merupakan perusahaan patungan antara Orica Limited asal Australia dan PT Armindo Prima. Nama yang disebut terakhir ini merupakan perusahaan importir bahan peledak. Di Indonesia, amonium nitrat dipasarkan ke industri pertambangan.

“Kami melihat, kebutuhan akan amonium nitrat meningkat dari tahun ke tahun,” kata Antung Pandoyo, Presiden Direktur PT KNI. Pabrik di atas lahan seluas 10 hektare ini akan dibangun mulai Juli besok dan selesai pada kuartal kedua 2011.

Antung mengklaim pabriknya bakal menjadi produsen amonium terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara. Kemampuan produksinya mencapai 300.000 metrik ton pertahun.

Pemerintah menyambut baik pembangunan pabrik ini. Benny Wahyudi, Direktur Jenderal Industri Agro dan Kimia Departemen Perindustrian, menjelaskan produksi PT KNI akan mengurangi ketergantungan pada pasokan impor.

Saat ini, papar Benny, kebutuhan amonium mencapai 400.000 metrik ton per tahun. Sebanyak 360.000 metrik ton atau 90 % nya berasal dari impor. Menurut hitungan Antung, nilai impor amonium nitrat mencapai US$ 150 juta per tahun.

“Kebutuhan dalam negeri diperkirakan akan meningkat 8 hingga 10 persen pertahun,” kata Benny, Rabu (3/6). Saat ini hanya ada satu produsen amonium nitrat, di daerah Jawa Barat. Kapasitas produksinya tak lebih dari 50.000 metrik ton pertahun.

Selain KNI, ungkap Benny, Grup Dahana juga akan membangun pabrik serupa. Mereka sudah mulai tahap pembebasan lahan. Pabrik milik Dahana ini ber kapasitas 300.000 metrik per ton.

Dengan beroperasinya kedua pabrik itu, kata Benny, pada 2011 Indonesia berpeluang mengalami kelebihan suplai. “Jadi bukan cuma impornya saja yang ditekan, kita pun berpeluang ekspor," katanya.

Triharyo I Soesilo, Presiden Direktur PT Rekind menjelaskan, pihaknya akan membangun tiga bagian utama dari pabrik ini. Yakni Utility and Offsite Area, Nitric Acid dan Ammonium Nitrate Prill Plant. Dalam pelaksanaan pembangunan pabrik ini, Rekind menggunakan teknologi lisensi UHDE Jerman. Adapun kandungan lokalnya mencapai 45% dari nilai kontrak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×