Reporter: Dani Prasetya | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Pelaku industri baja domestik masih optimistis sanggup tumbuh positif pada 2012,di tengah kondisi banyak perusahaan baja kelas dunia sudah mulai memotong kapasitas produksinya sebagai antisipasi perluasan efek krisis global.
Wakil Ketua Indonesia Iron and Steel Industry Association (IISIA), Irvan Kamal, mengatakan, prediksi pertumbuhan industri baja yang positif pada tahun depan lantaran ditopang meningkatnya sektor infrastruktur, properti, otomotif, dan alat berat.
"Indonesia memiliki ketahanan terhadap krisis yang jauh lebih kuat ketimbang negara lainnya. Jika krisis betul terjadi, Indonesia akan jauh lebih tahan dibanding negara lain," ujar Irvan yang juga menjabat sebagai Direktur Pemasaran PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, Senin (17/10).
Irvan mengklaim, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk telah menyuplai sekitar 200.000 ton baja untuk otomotif termasuk kendaraan roda dua dan komersial. Tanpa merinci detil angka, besaran suplai itu, katanya, meningkat dari realisasi tahun sebelumnya.
Berbeda dengan industri dalam negeri, produsen baja kelas dunia justru kompak menurunkan kapasitas produksinya untuk mengantisipasi perluasan dampak krisis global. Bluescope Steel, produsen baja asal Australia misalnya, menurunkan kapasitas produksinya hingga 50%.
Untuk perusahaan di kawasan Australia dan Amerika rata-rata memotong kapasitas produksi hingga separuh posisi awal, Eropa memangkas kapasitas produksi sekitar 30%, dan China menurunkan hingga kisaran 25%-30%.
Menurut Irvan, penurunan kapasitas produksi itu merupakan upaya untuk menjaga agar harga baja tingkat dunia relatif tetap pada angka saat ini. "Apabila produsen dunia itu memaksakan bertahan pada kapasitas produksi tinggi, sedangkan tingkat permintaan di Uni Eropa dan Amerika Serikat turun maka hanya akan berdampak negatif terhadap perusahaan dan harga baja tingkat dunia," katanya.
Direktur Industri Material Logam Dasar Ditjen Industri Berbasis Manufaktur Kementerian Perindustrian, I Gusti Putu Suryawirawan, menambahkan, permintaan baja yang tinggi dari pasar domestik akan menopang industri baja berkembang pesat. "Kalau untuk Indonesia, utilisasi masih tinggi. Saya kira sektor ini tidak terlalu merasakan dampak krisis Eropa," ujar I Gusti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News