Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) memastikan pabrik naphta cracker anyar mereka akan rampung tahun ini. Pabrik yang memproduksi bahan baku petrokimia ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan impor bahan baku.
Sampai Juli, pengerjaan pabrik naphtha cracker ini sudah rampung 85%. "Penyelesaian pembangunan pabrik ini sesuai dengan jadwal. Diperkirakan selesai tahun ini dan beroperasi awal tahun depan," kata Suhat Miyarso, Vice President Corporate Relation TPIA kepada KONTAN, Minggu (26/7).
TPIA menginvestasikan US$ 380 juta untuk membangun pabrik ini. Sumber dananya dari belanja modal tahun 2014 dan tahun 2015. Adapun lokasi pabrik naphtha cracker anyar tersebut berada di lokasi pabrik TPIA di Cilegon, Banten.
Selain memproduksi naphtha sebagai bahan baku petrokimia, TPIA juga memproduksi produk petrokimia seperti; etilena, propilena, mixed C4, pygas, polipropilena, polietilena dan stirena.
Jika beroperasi, pabrik naphtha cracker anyar ini akan menyokong produksi empat produk petrokimia yang menggunakan bahan baku naphtha. Produksi produk petrokimia yang berpeluang naik itu adalah produksi etilena akan naik dari 600.000 ton per tahun menjadi sekitar 860.000 ton per tahun.
Produksi propilena akan naik dari 320.000 ton per tahun jadi 470.000 ton per tahun, produksi mixed C4 akan naik dari 220.000 ton per tahun menjadi 315.000 ton per tahun. Begitu juga dengan produksi py-gas juga akan naik dari 280.000 ton per tahun menjadi 400.000 ton per tahun.
Dengan kenaikan produksi ini, otomatis akan mengurangi impor bahan baku naptha dari TPIA. "Kami ingin mengurangi impor bahan baku sampai 70%" ungkap Suhat.
Selain membikin pabrik naphtha cracker, TPIA saat ini sedang mengkaji pembangunan kilang ini (mini refinery) senilai US$ 740 juta. Mini refinery ini juga berlokasi di Cilegon. Apabila tahap studi kelayakan rampung, pabrik tersebut direncanakan dibangun tahun 2017 dan beroperasi tahun 2019.
Mini refinery ini dipersiapkan memproduksi kondensat yang kemudian diolah menjadi naphta. "Sekarang masih studi," ujar Suhat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News