Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi
JAKARTA. Pergeseran tren penggunaan kabel telekomunikasi membuat PT Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk atau Sucaco menggenjot produksi kabel optiknya. Tahun ini, Sucaco mengalokasikan belanja modal sebesar Rp 80 miliar yang sebagian besar digunakan untuk membeli mesin untuk memproduksi kabel optik.
Direktur Sucaco Nicodemus Trisnadi bilang, industri telekomunikasi mulai meninggalkan konsumsi kabel telepon. “Sekarang, teknologi telekomunikasi makin ke arah nirkabel (wireless) sehingga kami harus mengubah lini produksi karena penggunaan kabel telepon terus turun,” katanya, Senin (10/6).
Tahun ini, emiten berkode saham SCCO itu mengalokasikan belanja modal sebesar Rp 80 miliar. Dari dana itu, sebesar Rp 50 miliar di antaranya digunakan untuk penambahan aktiva tetap Sucaco, termasuk pembelian beberapa mesin. Sisanya, yakni sebesar Rp 30 miliar, untuk kegiatan pemeliharaan fasilitas produksi.
Bayu Adiwidjaya Soepono, Direktur Sucaco menambahkan, untuk menggenjot produksi kabel optik, pihaknya harus menambah mesin-mesin baru. Pasalnya mesin untuk memproduksi kabel optik dan kabel telepon berbeda.
Menurut Bayu, Sucaco butuh dana investasi hingga US$ 50 juta untuk membeli mesin-mesin kabel optik itu. Tapi, "Kami akan lakukan bertahap selama dua tahun,” ujarnya.
Sebagai catatan, selama ini, produk kabel telekomunikasi, termasuk kabel telepon dan kabel optik, menyumbang 10,84% terhadap total penjualan Sucaco pada tahun 2012.
Tahun ini, Sucaco menargetkan volume produksi kabel meningkat 20% ketimbang tahun lalu. Target ini juga sejalan dengan proyeksi pertumbuhan pasar kabel domestik yang diperkirakan tumbuh 20% tahun ini. Sebagai gambaran saja, tahun lalu, Sucaco mencatatkan volume produksi kabel tembaga sebesar 18.000 ton dan kabel alumunium sebanyak 3.800 ton.
Nah, peningkatan volume produksi tahun ini didorong oleh kegiatan produksi perusahaan di salah satu pabrik di Cikarang yang mulai pulih. Bayu bilang, hingga saat ini kegiatan operasional di pabrik tersebut mulai membaik sejak terpaksa berhenti beroperasi sejak tahun lalu akibat aksi demonstrasi buruh. “Pabrik di Cikarang ini menyumbang sebesar 10% produksi Sucaco,” tuturnya.
Permintaan kabel di segmen ritel hingga proyek-proyek besar tetap menjadi andalan Sucaco untuk meraup pendapatan. Menurut Bayu, hingga saat ini, perusahaan sudah mendapatkan beberapa tender proyek pengadaan kabel. Salah satunya adalah pengadaan kabel bawah tanah dari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang menghubungkan Jawa dan Bali pada tahun 2013 ini. “Nilai proyeknya Rp 300 miliar,” ujar Bayu.
Nah proyek-proyek dari PLN ini, kata Bayu, akan dimaksimalkan untuk mendongkrak penjualan perusahaan tahun ini. Tahun lalu, proyek dari PLN memberi kontribusi sebesar 11,3% dari total penjualan Sucaco.
Namun, persaingan bisnis di industri kabel yang ketat membuat Sucaco mematok target cukup moderat tahun ini. Nicodemus bilang, tahun ini, Sucaco hanya mematok target penjualan sama seperti pencapaian tahun 2012 lalu. Selama 2012, penjualan Sucaco mencapai Rp 3,5 triliun. Sebanyak 85,7% di antaranya masih disumbang oleh penjualan kabel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News