Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Peritel domestik berharap bisnis mereka pada kuartal II-2015 bisa lebih baik. Maklum, selama kuartal satu lalu penjualan mereka turun.
Menurut Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Tutum Rahanta, penjualan ritel nasional selama kuartal I-2015 turun sekitar 10%-15% dibandingkan periode sama 2014.
Penyebabnya karena daya beli masyarakat lebih merosot akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). "Sejatinya sudah terasa sejak tahun lalu, tapi pemerintah tidak melakukan apa-apa untuk memperbaiki daya beli," katanya kepada KONTAN, Jumat (17/4).
Selain lonjakan harga BBM yang menyulut harga pangan, kondisi ini ditambah dengan melemahnya kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Kondisi ini membuat harga barang impor yang di jual oleh peritel juga ikut menanjak.
Belum lagi soal infrastruktur jalan yang menghambat proses distribusi barang. Dus, untuk mengharapkan hasil dari proyek infrastruktur pun masih butuh waktu lama.
Tutum juga mengeluhkan hambatan bisnis yang dialami oleh anggotanya yang ingin ekspansi usaha terganjal masalah perizinan di beberapa lokasi. "Kami memang harus terus berekspansi. Kalau berhenti, berarti tidak ada indikator untuk meningkatkan bisnis ritel," jelasnya.
Karena itu, Aprindo berharap, pemerintah segera bertindak untuk memperbaiki ekonomi makro dan infrastruktur. Bila ekonomi makro membaik bisa berimbas kepada kenaikan daya beli masyarakat.
Namun, bila pemerintah tidak cepat bertindak, amunisi peritel tinggal berharap pada momen besar tahunan yaitu libur Lebaran dan sekolah di pertengahan tahun ini. "Adanya momen ini bisa membuat penjualan di kuartal II ini naik antara 10%-15% dari kuartal I," jelas Tutum.
Masih optimistis
Direktur PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) Setyadi Surya juga berharap ada lonjakan penjualan menjelang Lebaran nanti. "Kami semangatnya itu saja, karena saat itu menjadi peak season bagi peritel," katanya.
Sebagai peritel yang selalu berharap berkah dari libur Lebaran dan sekolah, Ramayana Lestari memasang target penjualan di kuartal II tahun ini bisa memberi kontribusi signifikan bagi pendapatanperusahaan. "Untuk satu bulan itu saja (Lebaran dan libur sekolah), kami harap penjualan bisa mencapai sepertiga dari target tahun ini," ucapnya.
Target ini sudah memperhitungkan rencana ekspansi bisnis tahun ini. Asal tahu saja, Ramayana Lestari tidak akan membuka gerai Ramayana. Peritel ini bakal fokus mengembangkan supermarket belabel SPAR.
Tahun ini, Ramayana berencana membuka 15 gerai SPAR. Saat ini sudah ada tiga gerai SPAR yang beroperasi. Sampai tiga tahun mendatang jumlah gerai SPAR diharapkan bisa mencapai 50 gerai.
Harapan yang sama juga ditebar Direktur Komunikasi Korporasi PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA), Danny Kojongian. Menurutnya, salah satu lini bisnis Grup Lippo berharap ada lonjakan penjualan pada kuartal II tahun ini dibanding kuartal I -2015. Makanya, pada periode tersebut, Matahari Putra Prima bakal membuka gerai baru hingga akhir tahun ini.
Asal tahun saja, MPPA tahun ini menargetkan membuka 13 gerai baru Hypermart dan enam gerai Foodmart. Lewat aksi ini, Matahari Putra Prima menargetkan pertumbuhan bisnis 20% dari pendapatan 2014 yang sebesar Rp 14,7 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News