kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pakai kendaraan listrik bukan keren-kerenan, tetapi solusi ketahanan energi


Sabtu, 30 Januari 2021 / 07:55 WIB
Pakai kendaraan listrik bukan keren-kerenan, tetapi solusi ketahanan energi
Wakil Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo


Reporter: Azis Husaini, Pratama Guitarra | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Pemerintah sangat serius dalam mengembangkan kendaraan listrik atau electric vehicle dengan menerbitkan Perpres No. 55 Tahun 2019, tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan.

Perpres tersebut ditandatangani Presiden Jokowi dan ditetapkan pada 8 Agustus 2019. Berisi 37 pasal, yang dibuka dengan Ketentuan Umum seputar kendaraan listrik, pengertian motor listrik, baterai, kendaraan bermotor listrik berbasis baterai, stasiun pengisian kendaraan listrik umum dan lainnya.

Dilanjut regulasi kedua berbentuk Peraturan Pemerintah (PP) terkait PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah), yang berlandaskan undang-undang PPN dan PPnBM, serta PP sebelumnya. Regulasi yang dimaksud adalah PP 73 Tahun 2019, yang telah ditandatangani dan diundangkan Presiden Jokowi pada 15 Oktober 2019.

Dengan dua regulasi tersebut, beberapa pabrikan baterai dan vendor mobil listrik mulai kepincut. Adalah Hyundai yang sudah menjual mobil full listrik dengan merk Hyundai Kona dan Hyundai Ioniq. Selanjutnya Toyota juga meluncurkan Lexus electric. Tak tanggung-tanggung, pabrikan Tesla akan berkunjung ke Indonesia untuk berinvestasi pabrik baterai di Indonesia, khususnya di Kawasan Industri Batang, Jawa Tengah.

Selain Tesla pabrikan asal Korea Selatan, LG juga akan membenamkan duitnya di Indonesia untuk membangun baterai mobil listrik.

Wakil Direktur Utama PT PLN Darmawan Prasodjo mengatakan bahwa untuk menjaga ketahanan energi di masa depan maka harus ada transisi dari bahan bakar minyak ke listrik. Saat ini defisit neraca perdagangan karena impor BBM terus naik. “Masalah ini sudah lama, saya kira solusinya adalah listrik yang jauh lebih hemat dibandingkan BBM,” kata dia kepada KONTAN, Rabu (6/1).

PLN juga meluncurkan apliaksi Charge.IN untuk mendukung ekosistem kendaraan listrik. Aplikasi Charge.IN adalah aplikasi charging yang pertama pada SPKLU bagi konsumen pemilik kendaraan listrik. Dengan aplikasi Charge.IN, pemilik kendaraan listrik bisa mengontrol dan memonitor pengisian baterai mobil atau motor listrik di stasiun-stasiun pengisian atau SPKLU.

Aplikasi PLN Charge.IN sudah tersedia di google playstore, sehingga saat ini masyarakat sudah dapat menikmati kemudahan dalam mengisi daya kendaraan listrik.

Lantas bagaimana kesiapan PLN dalam membangun ekosistem EV agar elektrifikasi bisa berjalan dan ikut membangun ekosistem EV? Azis Husaini dan Pratama Guitarra Mewawancarai Wakil Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo, Rabu 6 Januari 2020.

Berikut nukilan wawancaranya:

KONTAN: Kenapa kita harus beralih dari kendaraan bensin ke kendaraan listrik?

PRASODJO: Saat ini konsumsi BBM di Indonesia mencapai 1 juta barel per hari sampai 1,5 juta barel per hari ditambah lagi adanya pembangunan infrastruktur jalan tol dan konektifitas yang massif di berbagai wilayah, pertanyaannya sekarang kalau konsumsi BBM naiknya 5% per tahun, atau bisa lebih naiknya, maka konsumsi BBM bisa naik 2,3 juta barel per hari smapai 2,5 juta barel per hari. Sekarang produksi hanya 750.000 bph, tetapi nanti 10 tahun lagi produksi kita hanya tinggal 500.000 bph. Kenapa turun, karena ketika kita ngebor lapangan migas dapatnya gas lagi, gas lagi, bukan minyak. Untuk itu tantangan kita merancang ketahanan energi. Impor kita itu sekitar Rp 200 triliun-Rp 350 triliun. Kalau kita tidak koreksi maka impor minyak bisa menjadi Rp 800 triliun sampai Rp 1.000 triliun. Maka itu, mudah sekali solusinya. Kita mengubah konsumsi energi yang berbasis impor itu diubah menjadi konsumsi yang berbasis domestik. Kebetulan listrik ini berbasis batubara, dan batubara kita berlimpah dengan ekspor mencapai 400 juta ton. Listrik kita berbasis pada gas, gas kita juga berlimpah. Kemudian berbasis angin, matahari, panas bumi, hidro, dan ini berbasis domestik. Kita diskusi, dengan jumlah Rp 200 triliun-Rp 350 triliun untuk kebutuhan impor maka bisa menurunkan pertumbuhan ekonomi berapa persen? Size ekonomi kita 15.000 triliun, kalau kita ekspor nambah, kalau impor berkurang. Kalau impor BBM sebesar Rp 200 triliun itu bakal menurunkan pertumbuhan ekonomi kita 1,3%. Itu filosofi dari ketahanan energi  yaitu dengan memanfaatkan energi domestik maka kita bisa menurunkan impor BBM.

KONTAN: Apa benar kendaraan listrik lebih hemat dan rendah emisi?

PRASODJO: Kami sudah mencoba kendaraan listrik, untuk 10 km itu hanya 1 Kwh itu harganya Rp 1.649 atau sama dengan 1 liter bensin yang berkisar Rp 8.000-Rp 9.000. Soal emisi juga bisa kita bandingkan, misalnya Toyota Inova itu 10 km itu emisi CO2 nya 2,4 kilo CO2 per liter. Kalau 1 kWh listrik itu pembangkitnya dari batubara itu hanya 1 Kilo CO2. Sehingga emisi listrik di Jakarta dari PLN 850 gr per kWh CO2. Artinya apa, bahwa emisi dari mobil listrik anggap saja separuhnya dari mobil berbahan bakar BBM. Secara filosofis ini bukan gagah-gagahan, tetapi lebih kepada ketahanan energi.

KONTAN: Bagaimana roadmap PLN dalam mengembangkan ekosistem electric vehicles (EV) di Indonesia?

PRASODJO: Kita lakukan banchmark ke berbagai negara, pemerintah selalu mempunyai keberpihakan. Kita beruntung sudah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019, PLN diminta untuk menyiapkan infrastruktur penunjang, baik SPKLU maupun platform didalam ekosistem e-mobilitynya. Stasiun pengisian kendaraan listrik yang disiapkan PLN meliputi semua jenis Kendaraan Listrik, baik 4 roda, 2 roda maupun transportasi massal. Selain itu, PLN sdh membuat showcase baik untuk Mobil, Listrik, Motor Listrik ataupun Bus, yakni berupa stasiun pengisian yang berada dirumah atau home charging. Infrastruktur charging nanti komposisinya 80% di rumah tangga, 20% SPKLU di tempat-tempat umum. Untuk itu, PLN sudah menyiapkan diskon untuk tambah daya dan diskon 30% tarif charging mobil listrik di rumah pada malam hari, untuk overnight charging pukul 22.00 WIB sampai dengan 05.00 WIB untuk memberikan kemudahan bagi pengguna. Saat ini sudah ada 20 SPKLU yang berhasil dikelola, kedepannya PLN berencana membangun sebanyak 57 SPKLU tahun ini, dengan perkiraan investasi mencapai Rp 34 miliar

KONTAN: Kota mana yang akan menjadi target utama PLN dalam pengembangan infrastruktur listrik untuk SPKLU?

PRASODJO: Sekarang sudah ada di 4 rest area di Tol Trans Jawa, dan 13 di titik lainnya seperti hotel dan pusat perbelanjaan. Ke depan akan terus ditambah. Kesiapan SPKLU sudah diujicoba dari Jakarta sampai Bali dan tidak ada kendala. 

KONTAN: Apakah SPKLU nanti akan dikerjasama juga dengan pengusaha swasta lain?

PRASODJO: Kami akan bekerjasama dengan bebragai pihak termasuk dengan pihak ketiga dalam pengadaan SPKLU. PLN sendiri terus menambah jumlah SPKLU di berbagai tempat termasuk bekerjasama dengan hotel, mall, apartemen, pusat perbelanjaan untuk menghadirkan SPKLU. Patner kami juga Pertamina sudah membangun SPKLU.

KONTAN: Apa target dari PLN atas pengembangan EV di Indonesia?

PRASODJO: Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019, PLN diminta untuk menyiapkan infrastruktur penunjang, baik SPKLU maupun platform didalam ekosistem e-mobility-nya. Stasiun pengisian kendaraan listrik yang disiapkan PLN meliputi semua jenis Kendaraan Listrik, baik 4 roda, 2 roda maupun transportasi massal. Selain itu, PLN sdh membuat showcase baik untuk Mobil, Listrik, Motor Listrik ataupun Bus, yakni berupa stasiun pengisian yang berada dirumah atau home charging. PLN juga menyiapkan kebijakan berupa pemberian stimulus kepada pengguna mobil listrik baik insentif perubahan day a maupun insentif diskon tarif sebesar 30% untuk overnight charging pukul 22.00 WIB sampai dengan 05.00 WIB untuk memberikan kemudahan bagi pengguna kendaraan listrik. Target kami adalah menarik minat masyarakat untuk bisa menikmati diskon home charging, selain nyaman dan juga tentu saja murah.

KONTAN: Selain masuk ke hilir mendirikan SPKLU, PLN-Antam-Pertamina juga akan membanguun pabrik Baterai. Apa peran PLN di sana?

PRASODJO: Sesuai penugasan dari Kementerian BUMN, rencana Battery Holding ini akan terintegrasi dari Hulu hingga Hilir. Peran PLN berada disisi Hilir, dimana pemanfaatan dari mid stream berupa Cell dan Pack Battery akan dimanfaatkan PLN untuk membuat Energy Storage System (ESS) dan Power Quality.

KONTAN: Menurut bapak, era EV akan semarak pada tahun berapa? Mengapa akhirnya orang ingin membeli mobil listrik?

PRASODJO: Penggunaan Mobil listrik di Indonesia akan sangat menjanjikan kedepannya. Secara global saat ini penggunaan energi yang lebih green menjadi fokus banyak pihak. Secara operasional mobil listrik juga lebih murah, biaya operasional mobil listrik mencapai 5 kali lebih hemat daripada biaya operasional mobil berbasis BBM. Selain itu, penggunaan energi domestik, yaitu listrik yang akan menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk beralih menggunakan kendaaran listrik. Infrastruktur SPKLU (stasiun pengisian kendaraan listrik umum) dapat disediakan PLN maupun pihak swasta untuk menambah kenyamanan para pengguna mobi listrik disaat berkendara. Secara populasi, diperkirakan prospek pengguna kendaraan listrik dapat mencapai 28.000 dalam 1 tahun.

KONTAN: Selain ikut mendukung ekosistem EV, apa saja upaya PLN dalam meningkatkan penjualan listrik?

PRASODJO: Strategi PLN dalam menjawab tantangan penjualan di 2021 adalah berfokus pada strategi demand driven yang akan ditempuh melalui strategi intensifikasi dan ekstensifikasi. Strategi intensifikasi akan dilaksanakan melalui bundling dan promo untuk meningkatkan kenyamanan pelanggan melalui penerapan gaya hidup dengan menggunakan peralatan listrik atau electrifying lifestyle seperti mendorong ekosistem penggunaan 1 juta kompor induksi dan penggunaan kendaraan listrik berbasis baterai. Strategi ekstensifikasi ditempuh dengan melihat ceruk pasar yang masih potensial seperti electrifying agriculture yakni layanan listrik dan smart agriculture untuk pertanian, perkebunan dan perikanan. Selain itu penyambungan listrik untuk proyek proyek strategis yang menjadi fokus pemerintah seperti smelter dan kawasan industri maupun kawasan ekonomi eksklusif juga menjadai fokus PLN saat ini. Inovasi lain berupa PLTS atap dan sertifikat REC juga telah diluncurkan sebagai upaya PLN menjawab kebutuhan listrik yang ramah lingkungan sesuai target bauran EBT 2023.

KONTAN: Tantangan lain untuk mendukung energi bersih, apakah PLN juga memiliki roadmap untuk menuju listrik bersih dengan mengganti PLTU dengan EBT? Kira kira akan seimbang pada tahun berapa?

PRASODJO: PLN terus melakukan transformasi dengan mendorong penggunaan energi rendah karbon yang ramah lingkungan, khususnya dengan memanfaatkan energi baru terbarukan dalam penyediaan energi listrik. Melalui salah satu aspirasi utama dalam transformasi PLN, yaitu green, PLN memiliki beberapa strategi untuk mendorong penggunaan energi baru terbarukan, diantaranya dengan co-firing Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang telah beroperasi, program konversi Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) menjadi Pembangkit Listrik Tenaga (PLT) Biomassa, pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung dengan memanfaatkan bendungan-bendungan yang sudah ada untuk membangkitkan listrik. Kami berinovasi dan memanfaatkan potensi-potensi yang ada guna meningkatkan penggunaan energi baru terbarukan, kami sedang bekerja untuk merealisasikan target 23% untuk tahun 2025

KONTAN: Sejauh ini pemerintah apakah sudah mendukung adanya proyek-proyek energi bersih, terutama soal harga jual listriknya yang tidak membebankan PLN?

PRASODJO: Dukungan Pemerintah sangat luar biasa daam proyek-proyek energi bersih. Beberapa waktu lalu, PLN telah menandatangani kontrak jual beli listrik (Power Purchase Agreement/PPA) dengan Konsorsium PT PJBI-Masdar untuk membangun PLTS Terapung di Cirata, Jawa Barat dengan total kapasitas mencapai 145 MW. Pembangunan PLTS ini akan dimulai pada awal 2021 dan akan menjadi PLTS Terapung terbesar di Asia Tenggara. Kami berhasil mendapatkan tarif EBT yang murah yaitu sebesar 5,8 cUSD/kWh. Ke depan kami akan mendorong pembangkit seperti ini dan pastinya dengan harga yang lebih murah.




TERBARU

[X]
×