kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pandemi corona hambat realisasi proyek dan investasi energi baru dan terbarukan (EBT)


Rabu, 22 April 2020 / 10:11 WIB
Pandemi corona hambat realisasi proyek dan investasi energi baru dan terbarukan (EBT)
ILUSTRASI. Pandemi Corona hambat realisasi proyek dan investasi Energi Baru dan Terbarukan (EBT). ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/aww.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Corona (Covid-19) mengganjal sejumlah realisasi proyek Energi Baru dan Terbarukan (EBT) di tahun ini. Tak hanya pengerjaan proyek yang tertunda, investasi di energi hijau pun ditaksir bakal terhambat.

Menurut Direktur Konservasi Energi Ditjen EBTKE Kementerian ESDM Hariyanto, pandemi Corona telah mengganggu pengerjaan sejumlah proyek kelistrikan EBT. Imbasnya, ada pergeseran jadwal pengerjaan maupun operasional sejumlah proyek yang sebelumnya direncanakan bisa dieksekusi di tahun ini.

Baca Juga: Terpapar dampak corona, pengembangan pembangkit listrik surya menjadi suram

Sayangnya, Hariyanto tak membeberkan detail proyek EBT yang mengalami gangguan atau pergeseran jadwal karena Corona. Ia hanya memberikan gambaran, jenis proyek EBT yang terganggu antara lain Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Tenaga Air (PLTA) dan Tenaga Surya (PLTS).

Untuk PLTP misalnya, dari tiga PLTP yang ditargetkan bisa beroperasi komersial (COD) pada tahun ini, ada PLTP Sokoria 5 MW yang mengalami pergeseran ke tahun depan. "Ada juga PLTA di Nusa Tenggara yang mundur. Sedangkan PLTS (skala) kecil jalan terus meski ada kemunduran beberapa saat," ungkapnya, Selasa (21/4).

Hariyanto menerangkan, proyek PLTS Atap yang berasal dari APBN akan ada pengurangan. Jumlahnya cukup signifikan, dari yang semula ditargetkan bisa membangun 800 unit PLTS atap, dikurangi menjadi 144 unit. Juga pemasangan Penerangan Jalan Umum Tenaga Surya (PJUTS) yang semula 40.000 titik menjadi 26.000 titik.

"Ada penurunan volume, karena ada refocussing APBN ke proyek-proyek yang masih bisa dijangkau," ungkapnya.

Baca Juga: Opsi pendanaan PLTU berkurang, bisa jadi peluang bagi pengembangan EBT

Dengan adanya pandemi ini, Hariyanto mengatakan bahwa pihaknya akan melakukan evaluasi terhadap target investasi. Apalagi, perbankan pun tentu akan mempertimbangkan kucuran pembiayaan proyek di tengah pandemi seperti sekarang.

Adapun, pemerintah menargetkan investasi di sektor energi hijau ini bisa mencapai US$ 2 miliar pada tahun ini, dan dapat menyentuh hingga US$ 20 miliar sampai tahun 2024 mendatang. Namun, untuk target EBT keseluruhan secara jangka menengah hingga tahun 2024 sebagaimana dalam RPJMN, Hariyanto bilang bahwa pihaknya belum akan melakukan koreksi.

"Investasi tentunya kita akan evaluasi lagi. Namun secara umum rencana jangka menengah sampai 2024 kita belum lakukan koreksi terhadap itu. Masih mengacu pada RPJMN yang telah kita sampaikan sebelumnya," terang Hariyanto.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa memang memperkirakan bakal ada kemunduran proyek EBT. Ia mengestimasikan, pengerjaan atau pengoperasian proyek EBT bisa muncur 3 hingga 4 bulan dari rencana awal.

Baca Juga: Pengamat: Negosiasi ulang kontrak pembangkit listrik dapat mengurangi beban PLN

Di tengah kondisi sekarang, perusahaan cenderung akan menahan capital expenditure (capex) sehingga serapan investasi pun bakal ikut tertahan. Kendati begitu, Fabby mendorong agar proses lelang ataupun persiapan proyek lainnya tetap dijalankan. Dengan begitu, setelah masa pandemi selesai, maka eksekusi bisa dilakukan tanpa jeda persiapan yang terlalu lama.

"Kalau tertunda diharapkan proyek-proyek itu bisa berjalan untuk tahun depan. Sehingga kalau investasi tak tercapai di tahun ini, investasinya bisa naik lebih tinggi di tahun depan. Tapi untuk tahun depan sangat tergantung dari persiapan di tahun ini," tandas Fabby.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×