Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .
Dengan adanya pandemi ini, Hariyanto mengatakan bahwa pihaknya akan melakukan evaluasi terhadap target investasi. Apalagi, perbankan pun tentu akan mempertimbangkan kucuran pembiayaan proyek di tengah pandemi seperti sekarang.
Adapun, pemerintah menargetkan investasi di sektor energi hijau ini bisa mencapai US$ 2 miliar pada tahun ini, dan dapat menyentuh hingga US$ 20 miliar sampai tahun 2024 mendatang. Namun, untuk target EBT keseluruhan secara jangka menengah hingga tahun 2024 sebagaimana dalam RPJMN, Hariyanto bilang bahwa pihaknya belum akan melakukan koreksi.
"Investasi tentunya kita akan evaluasi lagi. Namun secara umum rencana jangka menengah sampai 2024 kita belum lakukan koreksi terhadap itu. Masih mengacu pada RPJMN yang telah kita sampaikan sebelumnya," terang Hariyanto.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa memang memperkirakan bakal ada kemunduran proyek EBT. Ia mengestimasikan, pengerjaan atau pengoperasian proyek EBT bisa muncur 3 hingga 4 bulan dari rencana awal.
Baca Juga: Pengamat: Negosiasi ulang kontrak pembangkit listrik dapat mengurangi beban PLN
Di tengah kondisi sekarang, perusahaan cenderung akan menahan capital expenditure (capex) sehingga serapan investasi pun bakal ikut tertahan. Kendati begitu, Fabby mendorong agar proses lelang ataupun persiapan proyek lainnya tetap dijalankan. Dengan begitu, setelah masa pandemi selesai, maka eksekusi bisa dilakukan tanpa jeda persiapan yang terlalu lama.
"Kalau tertunda diharapkan proyek-proyek itu bisa berjalan untuk tahun depan. Sehingga kalau investasi tak tercapai di tahun ini, investasinya bisa naik lebih tinggi di tahun depan. Tapi untuk tahun depan sangat tergantung dari persiapan di tahun ini," tandas Fabby.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News