kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pandemi covid-19 bisa bangkitkan industri farmasi lokal


Rabu, 13 Mei 2020 / 09:06 WIB
Pandemi covid-19 bisa bangkitkan industri farmasi lokal
ILUSTRASI. Pekerja menyortir dan memasukan kapsul jamu tifus ke dalam botol di Sapiyan, Mojosongo, Boyolali, Jawa Tengah, Jumat (5/1). Industri jamu tradisional Tilung yang terbuat dari ekstrak cacing tanah 'Lumbricus Rubellus' tersebut dapat menyembuhkan penyakit p


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi virus Covid-19 yang begitu masif memaksa kesigapan semua negara meningkat, termasuk dalam hal ketersediaan obat-obatan.

Terkait dengan hal ini, tentunya tidak dapat terlepas dari ketahanan industri farmasi nasional yang merupakan salah satu pilar penting pembangunan kesehatan nasional.

Hanya saja rantai suplai industri farmasi masih bermasalah. Besarnya ketergantungan industri farmasi Indonesia akan impor bahan baku obat dan alat kesehatan menjadi sorotan di tengah pandemi corona.

Baca Juga: Stok obat corona chloroquine dan hydroxychloroquine hanya cukup sampai Juni

Berdasarkan data Gabungan Pengusaha (GP) Farmasi Indonesia, saat ini 60% bahan baku obat didatangkan dari Tiongkok dan 30% didatangkan dari India.

Pietradewi Hartrianti, Faculty Member dari Departement Farmasi Institute for Life Science (i3L), menjelaskan bahwa Indonesia masih tergantung impor bahan baku farmasi dari China dan India.

Ketergantungan yang tinggi itu membuat daya saing obat nasional tergerus karena lemahnya posisi tawar terhadap importir.

Sebenarnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT Kimia Farma Tbk (KAEF), sudah berupaya produksi bahan baku obat (BBO) sejak tahun 2016 melalui anak usahanya PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia (KFSP). Meskipun masih dalam skala relatif kecil.

“Fasilitas itu hanya terbatas pada delapan bahan baku obat tetapi bahan baku obat tersebut tidak berhubungan dengan penanggulangan atau terapi Covid-19,” ujar Pietradewi dalam siaran pers, Rabu (13/5).

Baca Juga: Industri farmasi berlomba-lomba kembangkan dan produksi obat Covid-19

Ia menjelaskan belum ada langkah antisipasi yang dapat dilaksanakan apabila produk bahan baku tersebut terhenti. Selain itu, penggantian bahan baku memerlukan proses pelaporan registrasi ulang kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sehingga sulit untuk mengganti produsen bahan baku obat.

“Biasanya industri farmasi memiliki beberapa supplier bahan baku dari negara berbeda yang disertakan bersamaan pada saat registrasi, akan tetapi apabila jalur masuk produk impor ditutup, maka produksi obat akan terancam,” lanjutnya.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×