Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi virus Covid-19 yang begitu masif memaksa kesigapan semua negara meningkat, termasuk dalam hal ketersediaan obat-obatan.
Terkait dengan hal ini, tentunya tidak dapat terlepas dari ketahanan industri farmasi nasional yang merupakan salah satu pilar penting pembangunan kesehatan nasional.
Hanya saja rantai suplai industri farmasi masih bermasalah. Besarnya ketergantungan industri farmasi Indonesia akan impor bahan baku obat dan alat kesehatan menjadi sorotan di tengah pandemi corona.
Baca Juga: Stok obat corona chloroquine dan hydroxychloroquine hanya cukup sampai Juni
Berdasarkan data Gabungan Pengusaha (GP) Farmasi Indonesia, saat ini 60% bahan baku obat didatangkan dari Tiongkok dan 30% didatangkan dari India.
Pietradewi Hartrianti, Faculty Member dari Departement Farmasi Institute for Life Science (i3L), menjelaskan bahwa Indonesia masih tergantung impor bahan baku farmasi dari China dan India.
Ketergantungan yang tinggi itu membuat daya saing obat nasional tergerus karena lemahnya posisi tawar terhadap importir.
Sebenarnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT Kimia Farma Tbk (KAEF), sudah berupaya produksi bahan baku obat (BBO) sejak tahun 2016 melalui anak usahanya PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia (KFSP). Meskipun masih dalam skala relatif kecil.
“Fasilitas itu hanya terbatas pada delapan bahan baku obat tetapi bahan baku obat tersebut tidak berhubungan dengan penanggulangan atau terapi Covid-19,” ujar Pietradewi dalam siaran pers, Rabu (13/5).
Baca Juga: Industri farmasi berlomba-lomba kembangkan dan produksi obat Covid-19
Ia menjelaskan belum ada langkah antisipasi yang dapat dilaksanakan apabila produk bahan baku tersebut terhenti. Selain itu, penggantian bahan baku memerlukan proses pelaporan registrasi ulang kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sehingga sulit untuk mengganti produsen bahan baku obat.
“Biasanya industri farmasi memiliki beberapa supplier bahan baku dari negara berbeda yang disertakan bersamaan pada saat registrasi, akan tetapi apabila jalur masuk produk impor ditutup, maka produksi obat akan terancam,” lanjutnya.