Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Noverius Laoli
Crop terkait dengan cara berbudidaya tembakau yang berkesinambungan. Salah satu inisiatif dalam pilar crop adalah mekanisasi untuk mengurangi biaya produksi. Misalnya, memberikan bantuan cultivator, teknologi yang bisa mempercepat proses produksi, dan lain-lain.
Sementara itu, people berkaitan dengan keselamatan kerja, pencegahan pekerja anak, perlakuan yang adil, pendapatan dan waktu kerja yang lebih baik, kebebasan berserikat, dan pencegahan kerja paksa.
“Sebelum bermitra, petani bebas. Anak-anak dilibatkan dalam proses panen. Padahal, ada dampak terhadap kesehatan mereka. Biasanya, sepulang sekolah ada jeda sampai sore, mereka main ikut memproses tembakau. Setelah bermitra, kami membuat program Rumah Kreasi yang mencegah anak terlibat dalam proses ini,” papar Wanto.
Ia menyebutkan, anak-anak ikut bekerja karena mengikuti orang tua mereka. “Di rumah enggak ada yang jaga, jadi ikut membantu orang tuanya,” lanjut dia.
Dengan adanya program ini, anak-anak diberikan berbagai kegiatan dan kesibukan, seperti pelajaran Bahasa Inggris melalui English Club. Selain itu, ada pula kegiatan yang mengasah keterampilan. Anak-anak diajarkandrum band, pencak silat, menari, dan lain-lain.
Hingga saat ini, kegiatan masih berlangsung melalui program Rumah Kreasi tersebut. Untuk proses ini juga tak mudah.
“Orang tua harus diberi pengertian. Prosesnya dua tahun, itu tantangan terberat karena persepsi selama ini ibunya justru bangga anaknya bisa membantu, bekerja,” ujar Wanto.
Selanjutnya, pilar environment berbicara tentang cara berbudi daya tembakau secara berkesinambungan yang tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Salah satu program yang dilakukan dalam pilar ini adalah Bank Sampah yang dikelola warga.
Semua sampah yang berasal dari lahan tembakau disalurkan ke bank sampah untuk didaur ulang. Adapun untuk kemasan pestisida yang berbahaya akan dikembalikan ke vendor.
“Ada 3 bank sampah di Klaten yang dikelola warga sejak 2014,” jelas Wanto.
Selain itu, petani juga harus mematuhi berbagai ketentuan lainnya seperti mengikuti teknik aplikasi pestisida, memperhatikan jarak antara lahan tembakau dengan sumber air, dan lain-lain. Hal ini dilakukan agar tak ada kontaminasi pestisida pada sumber air.
Perusahaan pemasok juga melakukan tes terhadap air yang digunakan sebelum masuk ke lahan pertanian. “Airnya dites, layak atau enggak karena akan pengaruh ke kualitas. Kalau enggak, tanaman bisa banyak mati, petani rugi, enggak sustained. Makanya hal ini benar-benar diperhatikan,” kata Wanto.