Reporter: Maria Elga Ratri | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Menjelang bulan April 2014 ini, sejumlah sentra padi mulai memasuki masa panen. Sehingga, pasokan beras mulai meningkat dan menyebabkan harga beras turun.
"Saat ini (di pasar induk Cipinang) sudah turun sekitar Rp 600 - Rp 700 per kilogram (kg)," ujar Nellys Soekidi, Ketua DPD Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) di Departemen Pertanian, Rabu (19/3).
Untuk beras jenis IR III misalnya, semula Rp 8.300 per kg, kini telah turun menjadi Rp 7.400-Rp 7.500 per kg.
Sementara, harga beras super juga turun dari kisaran Rp 9.200-Rp 9.300 per kg menjadi Rp 8.300-Rp 8.400 per kg. "Memang turun, tapi masih di atas HPP," imbuh Nellys.
Sayangnya, kata dia, para pedagang beras mengaku rugi sebab modal usaha yang digunakan sampai sekarang masih menggunakan harga lama (yang lebih tinggi).
"Sekarang harga turun, saya masih rugi sekitar Rp 700 per kg," ujar Nellys yang juga pengusaha beras.
Sebagai gambaran, harga pokok yang dipakai pengusaha untuk beras super adalah Rp 9.000 mencakup pengiriman dari asal sampai Jakarta. Seharusnya, kata Nellys, beras dengan harga itu dijual setidaknya Rp 9.100 - Rp 9.200.
Tapi dengan harga yang turun di kisaran Rp 8.400 - Rp 8.500 pun, pengusaha harus menjualnya juga. "Sebab kalau tidak dijual bisa menumpuk," jelasnya. Saat ini, rata-rata pasokan eras ke pasar Cipinang pun mulai meningkat yakni di atas 2.500 ton per hari.
Ia memperkirakan, masa panen raya akan berlangsung setidaknya selama 3 bulan ke depan (April-Juni). Saat ini daerah yang sudah mulai melakukan panen adalah pulau Jawa mulai Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Nellys bilang, ini juga merupakan saat yang tepat bagi Perum Bulog untuk melakukan pengadaan beras sebab jika harga beras terus turun, dengan sendirinya sebagian harus diserap Bulog. "Sebab 60% dari total pengadaan adalah saat panen raya. Di bulan September sampai Oktober pasti Bulog kalah bersaing dengan pengusaha," ujar dia.
Di masa panen raya ini, Nellys memperkirakan Bulog bisa menyerap sekitar 1,8 juta ton hingga Juni 2014. Setelah penyerapan beras dan panen selesai, Nellys bilang, barulah pemerintah bisa berhitung berapa kebutuhan tambahan yang diperlukan.
Soalnya, Nellys bilang, banjir yang melanda sebagian besar pulau jawa yang merupakan lahan sawah bakal berdampak pada produksi padi nasional. Namun ia belum bisa memperkirakan berapa besar dampak banjir pada penurunan produksi padi. "Banjir mengurangi total produksi nasional, tapi kalau panen, harga tetap turun," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News