Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Menyedihkan bila perkiraan Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) benar. API memperkirakan, nilai pasar tekstil dan produk tekstil (TPT) akan naik signifikan tahun ini. Hanya saja, pangsa pasar produk TPT lokal justru akan menurun 5% tahun ini.
Menurut angka-angka yang dipaparkan Ade Sudrajat Ketua Umum API, nilai penjualan tekstil dalam negeri tahun ini diperkirakan mencapai Rp 90 triliun. Angka ini meningkat sekitar 18% dari penjualan TPT tahun 2011 yang mencapai Rp 76 triliun.
Namun dari sisi pangsa pasar produk TPT lokal dan impor, porsi impor diperkirakan akan makin besar tahun ini. Bila tahun lalu, TPT impor hanya Rp 45,5 triliun atau sekitar 60% dari total nilai perdagangan TPT dalam negeri, tahun ini, pangsa pasar TPT impor pada tahun ini akan meningkat menjadi 65%.
Alasan yang menyebabkan pebisnis TPT yakin akan penurunan tersebut. "Pangsa pasar TPT domestik di semester I hanya sekitar 35%. Kemungkinan, itu akan terus berlanjut hingga akhir tahun," katanya kemarin.
Ade tidak memberikan angka-angka secara rinci mengenai nilai penjualan tersebut. Yang pasti, menurut Ade, Indonesia menjadi tempat tujuan pengalihan ekspor dari negara-negara lain, terutama negara-negara yang ekspornya terkena dampak krisis di Eropa.
Tidak hanya itu saja. Kata Ade, para pengusaha tekstil yang mengalihkan pasar mereka ke Indonesia juga memasang harga yang lebih murah. Akibatnya, konsumen juga beralih ke produk-produk TPT impor meski kualitasnya lebih rendah bila dibanding dengan kualitas TPT lokal.
Itulah sebabnya, API kini sedang berupaya meminta perlindungan dagang atau safeguard terhadap membanjirnya produk TPT impor. Dengan langkah itu, API berharap, serbuan TPT impor bisa dibendung sehingga penjualan TPT lokal bisa lebih baik.
Hingga tulisan ini ditulis, pemerintah belum merespons keinginan API. Yang jelas Kementerian Perindustrian mengaku telah membantu industri TPT lokal dengan memberi insentif untuk melakukan restrukturisasi mesin.
Dengan demikian, produk-produk TPT lokal bisa lebih bersaing dengan produk impor. Karena itu, diharapkan ekspor TPT Indonesia juga akan naik minimal 5% tahun ini menjadi sekitar Rp 12,87 miliar.
Salah satu perusahaan yang terkena dampak adalah PT Tifico Fiber Indonesia. Tifico memperkirakan ekspornya tahun ini akan turun hingga 10,4% menjadi US$ 360,1 juta. Tahun lalu ekspor Tifico mencapai US$ 401,9 juta. Penurunan penjualan ini terjadi karena terjadi penurunan permintaan TPT secara global dan beberapa klien Tifico menurunkan permintaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News