Reporter: Amalia Fitri | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Paramita Bangun Sarana Tbk (PBSA) masih menangguhkan proyek untuk anak perusahaan yang terletak di Malaysia sampai kuartal IV 2019 mendatang.
Sebagai informasi, pada keterbukaan informasi Juni 2019 lalu, PBSA menjabarkan membentuk anak usaha baru di Malaysia bernama Paramita Bangun Sarana Sdn. Bhd pada semester II 2018.
Baca Juga: Paramita Bangun Sarana (PBSA) bagikan dividen Rp 19,50 miliar, berikut jadwalnya
Menurut pemaparan Direktur sekaligus Sekretaris PBSA, Vincentius Susanto, anak perusahaan tersebut rencananya akan menyerap permintaan jasa konstruksi di Malaysia. Namun, karena terkendala perizinan, PBSA memilih untuk menunda aktivitas sampai perizinan selesai.
"Sejalannya dengan ditangguhkannya proyek tersebut, untuk menunjang usahanya, kami sedang membangun kantor di daerah Sibu, Sarawak, Malaysia," jelas Vincentius kepada Kontan Jumat (2/8).
Selain Malaysia, PBSA juga membangun anak usaha di daerah Bekasi, PT Paramita Andalan Struktur (PAS). Perusahaan ini bergerak di bidang fabrikasi baja dan saat ini masih melalui proses penyelesaian seluruh izin aktivitas perusahaan. "Targetnya, pada Agustus ini PAS sudah mulai dapat beroperasi," lanjutnya.
Vincentius menyebutkan, sepanjang semester I 2019, pihaknya menemui hambatan berupa penambahan biaya atau cost berupa penyediaan material dan alat berat untuk menunjang adanya proyek-proyek baru.
Selain itu, penyediaan kebutuhan berupa sumber daya manusia yang mumpuni, juga menjadi pekerjaan rumah bagi emiten jasa konstruksi ini.
Baca Juga: Paramita Bangun Sarana (PBSA) dirikan dua anak usaha baru
"Sementara pada semester II kami masih terus berupaya memenuhi target pendapatan Rp 525 miliar dengan 53 proyek yang masih dan akan dilakukan sepanjang semester II mendatang," tutup Vincentius.
Sebagai informasi, pendapatan PBSA pada semester I 2019 meningkat 18,35% di nilai Rp 220,22 miliar dari Rp 186,07 miliar pada semester I tahun lalu.
Sementara itu, laba yang dapat diatribusikan perusahaan kepada pemilik entitas induk menyusut signifikan sebesar 90% dari Rp 47,44 miliar ke angka Rp 4,70 miliar pada semester I tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News