kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.528.000   8.000   0,53%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.044   -21,60   -0,31%
  • KOMPAS100 1.052   -3,92   -0,37%
  • LQ45 826   -4,66   -0,56%
  • ISSI 214   -0,49   -0,23%
  • IDX30 423   -1,56   -0,37%
  • IDXHIDIV20 513   -0,40   -0,08%
  • IDX80 120   -0,56   -0,46%
  • IDXV30 125   1,08   0,87%
  • IDXQ30 142   0,04   0,03%

Pasar alat berat merosot


Selasa, 05 Maret 2013 / 10:21 WIB
Pasar alat berat merosot
ILUSTRASI. Promo Diskon Wingstop 50% berlaku bagi pengguna Kartu Debit/Kredit BRI MasterCard selama Oktober 2021. Promo hanya berlaku untuk 1x transaksi (Dok/Wingstop)


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Markus Sumartomjon

JAKARTA. Permintaan alat berat di sektor pertambangan sudah anjlok sejak tahun lalu. Kondisi ini diperkirakan belum membaik meski kuartal I tahun ini segera berlalu.

Pratjojo Dewo, Ketua Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi), memproyeksikan, produksi alat berat domestik periode Januari - Maret 2013 merosot hingga 40%, menjadi tinggal 1.500 unit saja. Padahal di periode yang sama tahun lalu, produksi alat berat domestik mencapai 2.500 unit.

Sepanjang kuartal I 2012 hingga semester I 2012 berakhir, memang sempat terjadi lonjakan permintaan. Namun setelah itu, permintaan mulai menurun hingga sepanjang tahun lalu.

Itulah sebabnya, stok alat berat sisa tahun lalu masih tersisa cukup banyak. "Masih ada stok alat berat di gudang di samping penurunan permintaan di sektor pertambangan," katanya kemarin.

Hinabi mencatat, produksi alat berat 2012 mencapai 7.947 unit. Jumlah ini naik 8,16% dibanding 2011 yang mencapai 7.350 unit. Kenaikan produksi tersebut dipicu booming permintaan alat berat di semester I-2012.

Pratjojo memprediksi, permintaan alat berat bisa kembali menanjak di kuartal II tahun ini. Maklum, pada saat itu, harga komoditas, terutama dari sektor pertambangan, diproyeksi mulai membaik.

Salah satu pebisnis alat berat, yakni PT United Tractors Tbk (UNTR) merasakan lesunya bisnis alat berat ini. Selama 2012, pemasok alat berat merek Komatsu ini cuma menjual 6.202 unit alat berat. Padahal di 2011, anak usaha PT Astra International Tbk ini berhasil menjual alat berat sebanyak  8.467 unit.
 
Bahkan, saat berganti tahun, permintaan alat berat UNTR tak kunjung membaik. Lihat saja, penjualan sepanjang Januari 2013 cuma 409 unit. Padahal di bulan yang sama pada 2012, UNTR mampu menjual 617 unit.

Sejatinya, penjualan UNTR pada Januari 2013 masih tercatat tertinggi sejak Oktober 2012. Selama periode Oktober 2012 sampai Desember 2012, mereka hanya sanggup menjual 747 unit atau rata-rata 249 unit per bulan.

Sara K Loebis, Sekretaris Perusahaan UNTR, mengatakan, naiknya penjualan alat berat di Januari lalu lantaran ada konsumen yang baru merealisasikan rencana pembelian di akhir tahun lalu. "Konsumen kini lebih berhati-hati dengan pelemahan harga komoditas yang terjadi," katanya ke KONTAN.

Alhasil, secara perlahan kontribusi bidang tambang di penjualan alat berat UT mulai merosot. Bila 2011 konsumen tambang berkontribusi 67%, tahun lalu jumlahnya melorot menjadi 54%.

Melihat penurunan penjualan alat berat itu, penjual alat berat lainnya, PT Intraco Penta Tbk, mulai menjalankan strategi memperbesar porsi penjualan ke sektor non tambang di tahun ini, seperti agribisnis, infrastruktur, dan transportasi.

Fred Manibog, Direktur Intraco, menyatakan, dengan strategi ini, harapannya pendapatan Intraco Penta bisa tumbuh 20% tahun ini. "Diversifikasi diperlukan untuk menjaga target pertumbuhan bisnis," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×