kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.504.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.932   28,00   0,18%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Pasar kondominium semakin ketat


Selasa, 15 Mei 2012 / 08:33 WIB
Pasar kondominium semakin ketat
ILUSTRASI. Catat! Ini langkah-langkah mendaftar program beasiswa dari Kemdikbud. KONTAN/Muradi/10/08/2010


Reporter: Adisti Dini Indreswari | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Meskipun Bank Indonesia telah memberi sinyal mengenai kemungkinan terjadinya bubble di sektor properti, pasokan properti, khususnya kondominium atawa apartemen sewa, terus bertambah. Akibatnya, pasar apartemen sewa semakin ketat saja.

Menurut Head of Research and Advisory Cushman & Wakefield, Arief Rahardjo, permintaan kondominium sebetulnya masih besar. Buktinya, harganya bisa naik 10%-15% dalam setahun. Hanya saja, kenaikan harga tidak diikuti oleh kenaikan tarif sewa. Kenaikan sewa tidak jauh dari inflasi, yakni sekitar 7% hingga 10% saja. "Pasar sewa semakin ketat. Harus hati-hati," ujar Arief, Senin (14/5).

Arief mengatakan, sengitnya kompetisi terjadi di kondominium kelas menengah di luar central business district (CBD). Ia bilang, permintaan properti saat ini memang masih berpusat di CBD.

Arief membagi apartemen menjadi tiga submarket. Ketiganya adalah apartemen sewa, apartemen servis, dan kondominium untuk disewakan. Nah, dari ketiga submarket, risiko penurunan tingkat okupansi terjadi di kondominium lantaran persaingan di pasar sewanya. Sekedar catatan, kondominium menguasai 80% pasar apartemen.

Apalagi, pasokan kondominium baru terus bertambah. Menurut prediksi Cushman & Wakefield, tahun ini saja Jakarta akan mendapat pasokan 20.302 unit kondominium baru, ditambah 20.447 unit lagi tahun depan.

Oleh karena itu, Arief memprediksi tingkat okupansi bisa menurun, dari 60%-65% di tahun lalu menjadi 55%-60% dalam waktu dua tahun ini. "Penyewa mencakup lokal dan ekspatriat," imbuh Arief.

Meski turun, investasi di sektor properti sebenarnya masih menjanjikan imbal hasil yang tinggi. Namun, investor harus cermat memilih properti. Dua faktor yang menjadi pertimbangan utama adalah lokasi serta konsep dan fasilitas yang ditawarkan oleh pengembang.
Intiland bikin proyek

Di tengah isu bubble, kondominium milik PT Intiland Development Tbk, 1Park Residences siap serah terima mulai bulan depan setelah dua tahun pembangunan. 1Park Residences meliputi tiga tower dengan jumlah unit total 379. "Saat ini 99% sudah terjual," ujar Sekretaris Perusahaan Intiland Theresia Rustandi. Artinya, 1Park Residences yang dipasarkan dengan harga Rp 20 jutaan per meter persegi (m2) terjual habis hanya dalam waktu dua tahun.

Selanjutnya, Intiland bersiap membangun tahap kedua 1Park Residences, yang mencakup tiga tower kondominium ditambah satu tower apartemen servis dengan jumlah total 300 unit. "Rencananya akan diluncurkan kuartal IV-2012," ungkap Theresia. Sayang, dia belum bisa memberi gambaran harganya.
Yang pasti dia bilang 1Park Residences akan diserap pasar terutama oleh kalangan ekspatriat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×