Reporter: Raymond Reynaldi |
JAKARTA. Meski menghadapi ketatnya kompetisi produsen antar negara, industri alat berat nasional masih memproyeksikan pertumbuhan hingga 100% tahun depan.
Prognosanya, kata Ketua Umum Himpunan Alat Berat Indonesia (Hinabi) Pratjojo Dewo, produksi alat berat tahun depan akan berlipat ganda jadi 4.400 unit dibandingkan proyeksi tahun 2009 sebanyak 2.200 unit. Peningkatan produksi ini, Dewo bilang, didukung oleh bergairahnya beberapa sektor ekonomi, seperti perkebunan dan pertambangan, seiring proyeksi pertumbuhan ekonomi pemerintah 5,5%.
Namun, angka produksi sebesar itu, ungkap dia, baru mendekati pencapaian produksi tahun 2007 sebanyak 4.700 unit. Sementara itu, realisasi 2008 yang tercatat tertinggi sepanjang masa sebesar 5.914 unit. “Jadi kalau dibandingkan dengan 2008, produksi 2009 itu merosot 60%,” terang Dewo, Selasa (29/12).
Kemerosotan produksi membuat tingkat pemanfaatan kapasitas terpasang (utilisasi) menurun tajam dari 90% pada 2008 menjadi 34% pada tahun ini dari total kapasitas terpasang 6.500 unit per tahun. Dengan kaspasitas terpasang yang sama, berarti utilisasi industri alat berat tahun depan bakal naik ke kisaran 67%.
Dewo pun menilai, Indonesia, bersama India dan China merupakan negara produsen alat berat yang masih berpeluang tumbuh tahun depan. Hinabi berharap, berdasarkan prognosa tersebut, pasar alat berat bakal pulih setelah terhantam krisis global tahun lalu.
Berdasarkan catatan Hinabi, penjualan alat-alat berat masih mengandalkan sektor pertambangan dengan kontribusi sekitar 70%,
perkebunan dan kehutanan sekitar 10%, dan konstruksi 20%. Beberapa jenis alat berat yang sudah bisa dirakit di dalam negeri di antaranya excavator, buldozer, motor grader, off road dump truck, serta forklift.
Namun, pemulihan pasar tahun depan, membikin persaingan industri alat berat semakin ketat. Pasalnya, industri alat berat dunia mengalami kelebihan produksi, akibat hantaman krisis global yang menggerus penjualan di negara-negara maju, seperti Jepang, Amerika Serikat dan Eropa. Jadi, ujar Pratjojo, tidak heran bila produsen alat berat global mencari pasar baru untuk menjajakan produksinya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News