Reporter: Noverius Laoli | Editor: Test Test
JAKARTA. Kekurangan pasokan gas untuk industri pada tahun 2011 bikin pengusaha was-was. Tahun ini pemerintah mengalokasikan gas untuk industri sebesr 583 juta kaki kubik (MMSCFD). Jumlah ini lebih sedikit dari kebutuhan gas industri tahun ini yang sebesar 801 MMSCFD.
Menghadapi situasi ini, para pelaku industri menyiapkan strategi. Menurut Achmad Widjaja, Sekretaris Jenderal Forum Industri Pengguna Gas Bumi (FIPGB), pertama-tama para pengusaha akan mengurangi jam kerja atau memotong jadwal kerja (shift) dari sebelumnya tiga shift menjadi satu setengah shift. Tentu saja ini akan memangkas pendapatan para buruh.
Kedua, industri akan menunda impor bahan baku serta menjajaki impor barang jadi demi memenuhi pasar domestik. "Bila perusahaan melakukan hal ini, tentu akan ada perumahan karyawan sehingga pengangguran bertambah," kata Achmad kepada KONTAN, Senin (10/1). Ketiga, industri hanya akan memproduksi barang standar sehingga teknologi tidak terserap dengan baik. Solusi kelima, industri pun akan menaikkan harga.
Achmad yang juga Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) ini mengaku kecewa bila pemerintah tak berhasil mencukupkan kebutuhan gas industri. Sebab, kekurangan pasokan energi tahun ini akan sangat terasa dampaknya pada industri keramik, lembaran kaca, serta kemasan gelas.
Dus, menurutnya pemerintah harus mengambil keputusan politik. Kalau tidak, investor berpotensi hengkang karena ketidakberpihakan pemerintah pada industri.
Di sisi lain, Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP) juga sudah menyiapkan sederet solusi. Yustinus H. Gunawan, Ketua Unit Kaca Pengaman AKLP mengatakan, industri siap menerapkan kombinasi energi minyak dan gas bila pasokan gas tidak cukup. Sebetulnya, strategi ini tidak baik bagi produksi karena mengurangi kualitas dan jumlah produksi. “Produksi tidak maksimal,” ujarnya.
Sebelumnya, kekurangan gas juga terjadi tahun lalu dan hal ini mengganggu volume produksi. Kekurangan gas juga berdampak pada berkurangnya daya saing. Senada dengan Achmad, dia juga khawatir kekurangan pasokan gas akan menyebabkan pemutusan hubungan kerja (PHK).
Samuel Rumbajan, Ketua Umum AKLP menambahkan, ada tiga perusahaan anggota AKLP yang sangat membutuhkan pasokan gas. Ketiga anggota ini antara lain PT Asahimas Flat Glass Tbk, PT Mulia Glass, dan PT Tossa Shakti. “Gas merupakan salah satu yang kebutuhan industri dalam negeri. Selama ini pemerintah mengekspor gas sementara mengabaikan kebutuhan industri dalam negeri,” kata Samuel. Demi mendapat pasokan gas yang cukup, AKLP terus melobi pemerintah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News