kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pasokan Listrik Seret, Investasi Alas Kaki Mampet


Rabu, 23 Desember 2009 / 07:58 WIB


Reporter: Raymond Reynaldi |

JAKARTA. Krisis energi masih terus menghantui para pengusaha. Gara-gara pasokan listrik yang tidak menentu, 10 investor sepatu asal Taiwan dan Korea Selatan (Korsel) menunda investasi senilai US$ 150 juta di Indonesia.

Informasi itu meluncur dari Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Eddy Widjanarko, Selasa (22/12). “Mereka mundur karena krisis listrik yang berkepanjangan. Tanpa pasokan listrik yang memadai, produsen akan sulit mengoptimalkan produksi,” kata dia.

Eddy menjelaskan, sebenarnya realisasi investasi tersebut bakal terjadi pada tahun 2008. Akan tetapi, ketika krisis global berkecamuk akhir tahun lalu, rencana tersebut mundur hingga tahun ini.

Namun, kabar terakhir yang diterima Aprisindo, para calon investor tersebut malah menunda kembali entah sampai kapan. Krisis listrik yang terjadi di Indonesia beberapa bulan terakhir membuat mereka pesimis. Padahal, Aprisindo telah membantu mengupayakan lahan di Surabaya dan Tangerang bagi pembangunan pabrik sepatu baru tersebut. “Investasi untuk pabrik dan lahan masing-masing perusahaan sekitar US$ 15 juta,” tegas Eddy.

Sayang, Eddy enggan menyebutkan nama-nama perusahaan sepatu dari dua negara tersebut. Padahal, awalnya setiap investor berencana membangun pabrik dengan dua lini produksi berkapasitas 120.000 pasang per bulan.

Aprisindo menghitung, menyedot investasi asing di sektor alas kaki sebenarnya sangat mudah. Pasalnya, potensi sektor sepatu sangat besar.

Sayangnya, permasalahan infrastruktur dan pasokan energi yang tak terjamin menimbulkan rasa ragu bagi investor asing masuk.
Bukan hanya itu saja. Investor juga harus memburu bahan baku. Soalnya, ketersediaan bahan baku untuk industri alas kaki dari dalam negeri, khususnya kulit, masih terbilang minim. “Jadi mereka harus mengimpor dari negara lain,” katanya.

Ganjalan-ganjalan seperti inilah yang menciutkan nyali produsen di dalam negeri, baik untuk membenamkan investasinya maupun memperluas pabriknya.

Melongok 2010

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi memperkirakan, tingkat investasi di bidang manufaktur bakal stagnan pada tahun 2010. “Investor tentu akan wait and see karena mereka masih ingin melihat dan menanti dampak perdagangan bebas ASEAN dengan China,” ujarnya.
Kalau terlalu banyak barang China membanjiri pasar domestik, ujar dia, tentu calon investor akan berpikir ulang untuk menginvestasikan uangnya di Indonesia.

Toh, produsen alas kaki lokal tetap optimistis kondisi industri alas kaki nasional tahun depan bakal cerah. Mereka akan kembali menggenjot produksi sedikitnya 20 juta pasang alas kaki di tahun 2010. Saat ini kapasitas produksi alas kaki nasional mencapai 1,2 miliar pasang saban tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×