Reporter: Abdul Basith | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasokan produksi biodiesel tengah melimpah. Di sisi lain, serapan dalam negeri pun relatif kecil.
"Serapan dalam negeri hanya 25%, untuk itu kita perlu ekspor," ujar Ketua Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi), Paulus Tjakrawan kepada Kontan.co.id, Senin (20/11).
Paulus bilang kapasitas terpasang produksi biodiesel Indonesia sekitar 12 juta kiloliter (kl). Sementara serapan dalam negeri hanya sebesar 3 juta kl.
Biodiesel merupakan produk turunan dari sawit. Penjualan biodiesel diungkapkan Paulus memberikan keuntungan bagi Indonesia karena tidak menjual bahan baku. Hal tersebut memberikan nilai tambah bagi Indonesia.
Ekspor dinilai sangat penting bagi produk biodiesel. Paulus bilang jika tidak ekspor maka kinerja industri akan rendah dan akan berdampak kepada efisiensi, harga, dan tenaga kerja.
Berdasarkan alasan tersebut, Paulus mengungkapkan bahwa pemerintah dan industri akan lakukan banding. "Industri akan banding ke Mahkamah Amerika, dan Pemerintah bersiap untuk banding ke WTO," terang Paulus.
Penerapan bea masuk berdampak pada harga produk biodiesel. Pada tahun 2017 ekspor biodiesel Indonesia ke Amerika berhenti. Hal tersebut dikarenakan kurangnya daya saing produk biodiesel dari Indonesia.
Amerika menerapkan dua jenis bea masuk pada produk biodiesel Indonesia. Pertama adalah berhubungan dengan tuduhan subsidi dan kedua yang berkaitan dengan tuduhan dumping.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News