kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pebisnis angkutan darat ragu pengalihan ke laut


Rabu, 14 Desember 2016 / 12:10 WIB
Pebisnis angkutan darat ragu pengalihan ke laut


Reporter: Ramadhani Prihatini | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Para pebisnis logistik masih meragukan realisasi rencana Kementerian Perhubungan yang akan mengalihkan jalur distribusi darat dengan memakai kapal roll on roll off (roro) di sejumlah titik mulai awal tahun nanti. Salah satunya adalah dari Jakarta menuju kota Surabaya.  

Gemilang Tarigan, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) menyarankan, pemerintah mengkaji kembali rencana itu, sebelum menjadikannya dalam sebuah keputusan. Terutama soal subsidi tarif, lantaran pemerintah berjanji bakal memberikan insentif bagi perusahaan angkutan.

"Jangan sampai bila kami memakai kapal roro justru lebih mahal ketimbang ongkos jalan darat. Biaya jalan kami rata-rata Rp 2 juta per truk sekali jalan, nah, kalau lebih mahal buat apa menggunakan kapal roro," terangnya kepada KONTAN, Selasa (13/12).

Ia memastikan, anggota Aptrindo tidak keberatan dengan aturan tersebut. Asalkan ada fasilitas dan jaminan ketersediaan kapal secara kontinyu. Ini penting supaya waktu angkut menjadi tidak molor.

Makanya, ia berharap kapal  roro yang rencananya bakal disediakan PT ASDP Indonesia Ferry ini bisa standby setiap saat. "Kalau kapalnya susah dan telat, ya, kami pakai jalur darat lagi," timpalnya.

Kyatmaja Lookman, Chief Executive Officer PT Lookman Djaja, juga tidak keberatan dengan rencana perubahan jalur angkutan tersebut. Asalkan, sama seperti Aptrindo, tarif tidak lebih mahal dibandingkan angkutan darat.

Ia khawatir, bila tarif kapal angkutan barang tersebut lebih mahal, meski sudah ada insentif,  berdampak pada kenaikan harga barang. Ujung-ujungnya, menambah komponen inflasi. "Kami mendukung program tol laut ini, tapi dengan catatan biaya perjalanan jangan sampai naik. Karena biaya logistik itu 25% dari produk domestik bruto nasional," timpalnya, ke KONTAN.

Selain itu, ia berharap, pemerintah juga memperhatikan pelayanan yang diberikan pihak ASDP ke para pengusaha angkutan darat. Sejauh ini, biaya logistik laut lebih mahal dibandingkan darat, lantaran ada biaya pelabuhan dan calo pelabuhan.

Belum lagi faktor keamanan di dalam kapal yang kurang kondusif. "Kami ingin keamanan di dalam kapal dijaga, jangan sampai ada barang yang hilang, selain jangan ada biaya di pelabuhan yang tidak logis," harapnya.

Menteri Perhubungan Budi Karya Samadi berharap, rencana tersebut bisa meningkatkan frekuensi angkutan darat. Sebab lewat angkutan kapal roro ini bisa mengangkut lebih banyak moda transportasi darat seperti truk. "Sebenarnya saya ingin per 20 Desember ini sudah jalan, tapi terbentur angkutan Natal dan Tahun Baru," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×