kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pebisnis farmasi perbesar impor bahan baku obat


Selasa, 15 Januari 2013 / 10:39 WIB
Pebisnis farmasi perbesar impor bahan baku obat
ILUSTRASI. Melemah 2,77%, harga saham INKP merah di sesi pertama bursa Senin (20/9). ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/foc.


Reporter: Merlinda Riska | Editor: Markus Sumartomjon

JAKARTA. Demi menggenjot penjualan farmasi tahun ini, pabrikan farmasi mulai menambah kuota impor bahan baku farmasi. PT Indofarma Tbk, contohnya, akan menambah impor bahan baku sebanyak 25% menjadi total Rp 280 miliar.

Presiden Direktur Indofarma Djakfaruddin Junus berujar, tahun ini demi genjot pendapatan Rp 1,4 triliun, perseroan akan tingkatkan jumlah impor bahan baku sebanyak 25%. "Kami akan tingkatkan penjualan, artinya kami harus tingkatkan bahan baku," katanya kepada KONTAN kemarin.

Perseroan masih andalkan bahan baku yang berasal dari China dan India sebesar 70%. Porsinya lebih besar ketimbang dari negara Amerika dan Eropa yang hanya 30%.

Maklum, tahun ini Indofarma menargetkan laba  bersih naik 21,43% menjadi Rp 85 miliar dari estimasi laba bersih tahun lalu sebesar Rp 70 miliar.

Djakfaruddin berucap bahwa pelemahan nilai rupiah tidak berpengaruh terhadap ekspansi perseroan untuk genjot produksinya. Menurutnya, nilai rupiah masih aman dan belum berpengaruh terhadap kenaikan harga obat.

Djoko Rusdianto, Sekretaris Perusahaan Kimia Farma menyatakan salah satu langkah untuk mengejar target penjualan tahun ini sebesar Rp 4,64 triliun atau naik 16% dari tahun lalu yang sebesar Rp 4 triliun adalah memperbesar impor bahan baku obat.

Namun, Djoko belum bisa bilang secara persis besaran nilai yang digelontorkan perseroan untuk membeli bahan baku obat. Dia hanya bilang, harga pokok obat Kimia Farma mencapai 56% dari nilai penjualan. Nah, harga pokok ini di antaranya mencakup nilai bahan baku, ongkos produksi. "Nilai persisnya belum bisa kami bilang tapi bisa dihitung 56% dari total penjualan kami," katanya.

Secara industri, Djoko memprediksi bahwa tahun ini pertumbuhan impor obat tidak jauh berbeda dari tahun lalu.Yakni sekitar 9%-10%. Sebab, perusahaan farmasi belum berani impor besar-besaran. Pasalnya, Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) baru berlangsung 2014.

Djoko berujar perusahaan farmasi masih melihat kondisi pasar saat SJSN itu diterapkan. Pasalnya, perusahaan farmasi pasti tidak mau merugi dengan memesan bahan baku secara agresif. "Apalagi waktu impor itu hanya tiga minggu. Jadi, daripada menimbun stok, lebih baik melihat pasar  terlebih dulu," katanya lebih lanjut.

Terkait dengan pelemahan kurs Rupiah akhir-akhir ini yang bisa berdampak kepada kenaikan bahan baku obat, menurut Djoko masih belum mempengaruhi industri farmasi. Menurutnya, industri farmasi masih menunggu waktu tiga bulan lagi. Apakah kurs Rupiah selama kurun waktu tersebut terus melemah atau menguat. Bila melemah, opsi kenaikan harga dikaji.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×